Tidak terasa kita sudah di akhir tahun 2024. Tentunya banyak hal yang terjadi sepanjang tahun ini, termasuk di industri video games. Industri ini sendiri bisa dibilang tengah dalam periode turbulensi, sama seperti industri teknologi dan digital lainnya belakangan ini. Di samping gebrakan dan kemajuan yang kita rasakan, ada juga beberapa kegagalan dengan efek besar di dalam video games selama 2024.
Tentunya kita ingat beberapa berita yang menggembirakan atau mengagumkan dari video games sepanjang tahun ini. Misalnya kisah seorang bocah yang berhasil “menamatkan” game Tetris untuk pertama kalinya dalam sejarah di awal tahun ini. Bocah berusia 13 tahun tersebut mampu melewati level terakhir, yang menjadikannya satu-satunya orang yang berhasil melewatinya dari 34 tahun game ini ada.
Atau juga tentang bagaimana developer game Indonesia mulai menunjukkan tajinya di kancah internasional lewat game-game Dreadout, A Space for The Unbound, Agni: Village of Calamity, dan lainnya. Namun sebaliknya, juga masih segar di ingatan tentang kasus yang menimpa para karyawan di Brandoville Studios.
Itulah sedikit gambaran dinamika industri video games selama tahun 2024. Lewat artikel ini, saya memberikan kilas balik singkat tentang kejadian-kejadian penting lainnya di dunia games selama 2024.
The Good: Munculnya Pemain Baru di Industri
Salah satu yang paling mengesankan yaitu developer Asia dan para developer indie semakin meramaikan dunia video games di 2024 . Tidak bisa dipungkiri, beberapa tahun belakangan tengah terjadi stagnasi dari kreativitas dan juga performa video games buatan developer negara-negara Barat.
Padahal selama ini umumnya industri video games cukup bergantung dengan karya-karya dari mereka. Namun,hal sebaliknya justru terjadi di 2024, di mana developer negara Timur, bahkan developer indie lebih menunjukkan tajinya. Hal ini bisa dibuktikan dengan melihat daftar nominasi Game of The Year 2024 di bawah ini.
Di tahun ini hampir seluruh nominasi berasal dari developer Asia, hanya satu yang berasal dari Barat dan itupun merupakan developer indie. Hal yang cukup menarik, mengingat selama ini acara GOTY ini cukup diimbangi atau bahkan didominasi juga oleh game karya Barat.
Hal menarik lainnya adalah bagaimana negara Asia selain Jepang kini juga mulai ikut serta dalam meramaikan industri games AAA di dunia. Seperti China dan Korea Selatan, lewat games Black Myth: Wukong & Stellar Blade. Bahkan game Black Myth: Wukong sendiri sudah mampu menyabet berbagai penghargaan bergengsi di 2024 ini.
Kesuksesan ini sendiri diharapkan mampu menginspirasi developer Asia lainnya untuk berkarya juga di 2025 nanti, terutama di masa-masa stagnasi dari developer Barat saat ini.
Baca juga: How to Convey Your Thoughts Smoothly, Clearly & Powerfully?
The Bad: Performa Rendah dan Layoff Berkelanjutan
Salah satu penyebab stagnasi yang dialami developer Barat adalah penurunan kualitas atau performa dari video games yang mereka buat beberapa waktu belakangan ini.
Seperti yang kita tahu, rata-rata developer Barat ternama menaruh fokus mereka untuk membuat video games AAA yang notabene membutuhkan kucuran dana ratusan juta dollar. Namun, di 2024 ini kerap kali karya mereka tidak dapat menarik minat konsumen sesuai dengan ekspektasi mereka.
Sebut saja Ubisoft, yang kita kenal sebagai salah satu pemain besar di industri video games selama ini. Tahun 2024 merupakan tahun yang berat bagi perusahaan Prancis ini, karena kedua games AAA mereka yakni Skull & Bones dan Star Wars: Outlaw tidak diterima dengan baik oleh kebanyakan gamers.
Kejadian ini berpengaruh ke performa perusahaan secara keseluruhan, terlihat dari nilai saham Ubisoft yang cukup anjlok dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Hal ini diperkeruh juga oleh layoff besar yang menimpa beberapa developer dari tahun 2023. Tercatat hingga pertengahan tahun 2024, sudah ada 10000 pengrajin industri yang kehilangan pekerjaannya.
Berbagai faktor seperti tingginya biaya development, perubahan minat konsumen setelah pandemi sampai efek konflik Russia-Ukraina menjadi sebab dari layoff besar-besaran ini.
Developer ternama pun tidak bebas dari kejadian satu ini, yang akhirnya berdampak pula dengan kualitas dan kuantitas video games yang bisa mereka rilis di pasaran.
The Ugly: Kegagalan dan Kebangkrutan Developer
Adapun kejadian buruk terbesar dialami oleh 2 developer yang membuat game live-services (seperti Fortnite dan Destiny) di 2024, tetapi gagal menarik minat kebanyakan konsumen. Rocksteady lewat Arkhamverse yang mendunia, ingin melebarkan sayapnya ke kancah game live-services lewat Suicide Squad: Kill the Justice League. Nahas, game ini tidak laku dipasaran dan harus berhenti beroperasi setelah hanya kurang lebih setahun rilis.
Nasib lebih buruk dialami oleh Firewalk Studios di bawah naungan Sony Interactive Entertainment. Game anyar mereka, Concord, yang memakan waktu development 8 tahun dan biaya ratusan juta dollar hanya mampu bertahan selama 2 minggu setelah peluncurannya.
Pukulan telak ini memaksa Sony menutup Firewalk Studios dan menghentikan semua rencana terkait Concord sendiri. Kegagalan yang mereka alami ini tidak lepas dari kurangnya minat konsumen akan produk yang mereka tawarkan.
Dalam hal ini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa di dunia video games pun developer harus paham dengan tren dan keinginan dari para konsumennya.
Seperti kata Sven Vincke (dari Larian studios yang memenangkan GOTY 2023), developer video games harus berpedoman pada apa yang membuat games itu fun untuk para gamers, tidak pada profit belaka. Hal itu pula yang menjadi kepercayaan kami di Populix, di mana bagi kami semua suara sangat berarti bagi bisnis maupun Keputusan strategis lainnya.
Populix, empowering all voices to create a world full of informed decisions. #powerallvoice #powerallgrowth.
Baca juga: Liburan Akhir Tahun 2024: Destinasi Favorit dan Tren Menarik