Melanjutkan pendidikan ke jenjang magister memang menjadi mimpi banyak orang. Namun, kuliah S2 nyatanya memiliki tantangan tersendiri yang membuat sejumlah mahasiswa mengalami drop out S2.
Sayang memang harus putus studi di tengah jalan, apalagi perjuangan untuk diterima sebagai mahasiswa S2 pun tidak mudah. Fenomena ini bisa terjadi karena berbagai faktor, baik itu internal maupun eksternal.
Nah, dengan memahami penyebab umum drop out S2 bisa membantu calon mahasiswa maupun pihak kampus untuk mencegah hal serupa terjadi di masa depan.
Kalau begitu, apa sajakah faktor penyebabnya?
Baca juga: Survei Kampus untuk S2, Apa Saja yang Perlu Dicari Tahu?
9 Faktor Penyebab Mahasiswa Drop Out S2

Berikut ini beberapa penyebab umum mahasiswa program magister mengalami drop out.
1. Beban Akademik Tidak Sesuai Ekspektasi
Banyak mahasiswa tidak menyangka jika studi S2 jauh lebih menantang. Kurikulum program magister dirancang lebih kompleks dan menuntut kemampuan berpikir kritis, serta analisis mendalam.
Jika mahasiswa tidak siap secara mental maupun akademik, mereka bisa merasa kewalahan dan akhirnya memilih drop out S2.
Selain itu, kurangnya kesiapan menghadapi metode pembelajaran berbasis riset, diskusi intensif, serta tugas-tugas yang lebih berat dan padat, berisiko pula membuat mahasiwa drop out kuliah.
Ekspektasi yang tidak sesuai kenyataan membuat motivasi mereka menurun seiring waktu.
2. Masalah Finansial
Biaya kuliah S2 di Indonesia, terutama di universitas ternama, tidaklah murah. Selain biaya per semester, ada pula pengeluaran tambahan seperti buku, penelitian, transportasi, dan bahkan kebutuhan sehari-hari jika harus tinggal jauh dari rumah.
Banyak mahasiswa yang awalnya mengandalkan tabungan atau beasiswa, tetapi saat dana tidak mencukupi atau beasiswa terhenti, mereka akhirnya harus menghentikan studi.
Drop out S2 akibat kendala finansial merupakan salah satu kasus yang cukup umum dan sayangnya sering kali tidak terselesaikan dengan mudah.
3. Tuntutan Pekerjaan dan Waktu yang Tidak Fleksibel
Sebagian besar mahasiswa magister adalah pekerja profesional yang mengambil kuliah sambil bekerja. Sayangnya, tidak semua tempat kerja memberikan fleksibilitas waktu atau dukungan untuk melanjutkan studi.
Ketika tekanan pekerjaan semakin tinggi dan waktu untuk belajar semakin terbatas, mahasiswa kerap merasa tidak sanggup membagi fokus antara dua peran tersebut.
Dampaknya, studi menjadi terbengkalai dan keputusan drop out S2 pun diambil demi mempertahankan karier utama mereka.
4. Minimnya Manajemen Waktu yang Efektif
Studi S2 menuntut kemampuan mengatur waktu secara mandiri, terutama bagi mahasiswa yang juga bekerja atau memiliki tanggung jawab keluarga.
Tanpa perencanaan yang baik, jadwal kuliah, tugas, dan proyek penelitian bisa saling bertabrakan. Ketika manajemen waktu gagal, tekanan semakin menumpuk dan memicu kelelahan yang membuat mahasiswa memilih untuk mundur dari program.
5. Masalah Pribadi dan Kesehatan Mental
Kuliah S2 tidak hanya menuntut kemampuan intelektual, tetapi juga kestabilan emosi dan mental. Tekanan akademik, kesepian, burnout, hingga perasaan kurang percaya diri dapat memperparah kondisi kesehatan mental mahasiswa.
Di beberapa kasus, mahasiswa merasa terisolasi atau kehilangan arah, terutama ketika berada di lingkungan yang kompetitif atau tidak mendukung.
Masalah pribadi seperti konflik keluarga, perceraian, atau kehilangan orang terdekat juga bisa menjadi faktor yang memicu drop out kuliah S2.
Baca juga: 11 Checklist Kuliah S2 Jika Ingin Lanjut Program Magister
6. Tidak Ada Tujuan Jangka Panjang yang Jelas
Beberapa orang mengambil program S2 hanya karena ingin “naik level” tanpa memahami tujuan jangka panjang dari gelar tersebut.
Ketika motivasi awal tidak cukup kuat dan tidak ada gambaran jelas tentang manfaat konkret dari gelar magister, baik untuk karier maupun pengembangan diri, maka semangat belajar bisa cepat menguap.
Ketidakyakinan ini sering kali menyebabkan mahasiswa kehilangan arah dan akhirnya mengalami putus studi di tengah jalan.
7. Kurangnya Dukungan dari Lingkungan Sekitar
Mahasiswa S2 sering kali tidak hanya membutuhkan motivasi internal, tetapi juga dukungan dari orang-orang terdekat.
Ketika pasangan, keluarga, atau teman tidak memahami tekanan studi pascasarjana, mahasiswa bisa merasa sendirian dan tidak mendapat dorongan emosional yang cukup.
Kurangnya dukungan ini bisa memperburuk stres dan membuat mahasiswa merasa tidak layak atau tidak mampu melanjutkan studi, yang akhirnya berujung pada drop out S2.
8. Salah Pilih Program Studi atau Kampus
Memilih program magister hanya karena tren atau dorongan orang lain juga bisa menjadi jebakan. Ketika jurusan yang dipilih ternyata tidak sesuai minat atau latar belakang akademik, mahasiswa jadi kehilangan motivasi belajar.
Begitu pula dengan lingkungan kampus yang tidak kondusif atau metode pengajaran yang tidak sesuai harapan. Dalam jangka panjang, kondisi ini memicu rasa tidak betah yang berujung pada keputusan untuk drop out S2.
9. Kesulitan Menyusun Tesis
Tesis merupakan salah satu tantangan terbesar dalam studi magister. Tidak sedikit mahasiswa yang merasa stuck dalam proses penelitian karena berbagai faktor, seperti sulit menemukan topik yang tepat, tidak cocok dengan pembimbing, atau minimnya data untuk mendukung argumen mereka.
Proses bimbingan yang panjang, revisi yang tak kunjung selesai, hingga tekanan dari luar bisa membuat mahasiswa frustasi. Tak jarang, karena kehilangan semangat, mereka memilih untuk drop out sebelum menyelesaikan tesis.
Baca juga: Adakah Batasan Usia Kuliah S2, Bagaimana S2 di Usia 30an?
Pilihlah Program Magister yang Sesuai

Salah satu cara untuk mencegah keputusan yang salah dalam memilih program magister adalah dengan merujuk pada Peringkat Program Magister Universitas di Indonesia (PPMUI) versi PopSurvey.
PPMUI versi PopSurvey memberikan informasi berdasarkan berbagai indikator kualitas, termasuk kualitas pengajar, relevansi kurikulum, dan pengalaman mahasiswa.
Dengan mengacu pada data PPMUI versi PopSurvey, calon mahasiswa dapat membandingkan program magister dari berbagai universitas di Indonesia sebelum mengambil keputusan.
Hal ini membantu meminimalisasi risiko drop out S2 akibat ekspektasi yang tidak sesuai dengan realitas kampus atau program studi. Cek peringkat program magister terbaik di Indonesia melalui PPMUI versi PopSuvey!
Gunakan PopSurvey untuk Bantu Riset Tesis S2
Bagi mahasiswa yang sudah masuk tahap tesis, salah satu kendala terbesar yaitu mengumpulkan data valid dan mencukupi. Jika tidak ada strategi riset yang efektif, proses bisa terhambat dan memperbesar risiko drop out S2.
Solusinya, Anda bisa memanfaatkan platform survei online PopSurvey by Populix. Dengan PopSurvey by Populix, Anda bisa menyebarkan kuesioner dengan lebih luas dan terarah, menjangkau responden yang sesuai dengan kebutuhan penelitian Anda.
Gunakan PopSurvey by Populix untuk mendukung proses riset akademik dan selesaikan tesis Anda tanpa hambatan!
***
Fenomena drop out S2 bisa terjadi kepada siapa saja dan disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari tekanan akademik, masalah keuangan, hingga persoalan pribadi.
Untuk mencegah terjadinya drop out S2, penting bagi calon mahasiswa mempersiapkan diri secara menyeluruh, baik dari sisi akademik, finansial, maupun mental.

Baca juga: Perlukah Melihat Peringkat Universitas S2? Ini Penjelasannya