Indonesia, dengan kekayaan kulinernya yang menggoda, tak lepas dari aneka ragam makanan dan minuman manis yang memanjakan lidah. Dari kue tradisional seperti klepon hingga minuman modern seperti es teh manis, gula menjadi bahan utama yang selalu hadir.
Namun, di balik kenikmatan tersebut, konsumsi gula berlebihan membawa ancaman serius bagi kesehatan masyarakat. Ironisnya, meski sadar akan risiko ini, banyak orang Indonesia masih menyukai makanan dan minuman manis.
Kehadiran gula dalam menu makanan atau minuman sehari-hari masyarakat Indonesia sangat sulit dihindari. Dari sarapan dengan berbagai kue manis seperti kue lapis, klepon, dan serabi, hingga minuman segar seperti es teh manis dan es teler, konsumsi gula sudah menjadi kebiasaan.
Bahkan, minuman kemasan dengan berbagai rasa manis mudah ditemukan di toko dan warung, menunjukkan betapa gula telah menjadi bagian integral dari budaya makan kita.
Asupan gula yang tinggi dapat memberikan dampak negatif pada kesehatan. Obesitas, diabetes, kerusakan gigi, dan penyakit jantung hanyalah beberapa contoh risiko kesehatan yang meningkat akibat konsumsi gula berlebihan.
Di Indonesia, prevalensi diabetes yang tinggi menjadi peringatan penting akan kebutuhan untuk mengendalikan asupan gula dalam makanan dan minuman kita.
Menurut data dari International Diabetes Federation, pada tahun 2021, Indonesia menempati peringkat ketujuh di dunia dengan jumlah penderita diabetes terbesar, yakni sekitar 10,7 juta orang. Angka ini menunjukkan urgensi untuk mengurangi konsumsi gula demi kesehatan yang lebih baik.
Baca juga: Label Nutri-Grade, Mungkinkah Akan Berlaku di Indonesia?
Kebiasaan Konsumsi Makanan dan Minuman Manis Masyarakat Indonesia
Sebuah polling online yang melibatkan 1.252 responden pada Juli 2024 dengan menggunakan panel dari Populix memberikan gambaran menarik mengenai kebiasaan konsumsi gula masyarakat Indonesia saat membeli makanan atau minuman di luar. Hasilnya menunjukkan beberapa informasi utama:
1. Memilih Makanan/Minuman dengan Gula Asli (Bukan Artifisial)
35% responden lebih memilih gula asli dibandingkan dengan pemanis artifisial. Mereka percaya bahwa gula asli memberikan rasa yang lebih alami meskipun tidak selalu lebih sehat. Ini menunjukkan bahwa banyak orang Indonesia masih cenderung mempertahankan tradisi rasa yang mereka kenal sejak lama.
2. Memilih Makanan/Minuman dengan Label “Less Sugar” atau “Tanpa Gula Tambahan”
28% responden berusaha mengurangi asupan gula dengan memilih produk yang berlabel “less sugar” atau “tanpa gula tambahan”. Ini mencerminkan kesadaran yang mulai tumbuh di kalangan masyarakat mengenai bahaya gula berlebih dan usaha mereka untuk mencari pilihan yang lebih sehat.
3. Membaca Kandungan Gula pada Kemasan Sebelum Membeli
22% responden teliti dalam membaca label nutrisi untuk mengetahui kandungan gula. Ini adalah indikasi positif bahwa sebagian masyarakat mulai lebih berhati-hati dalam memilih produk makanan dan minuman dengan mempertimbangkan aspek kesehatan.
4. Tidak Terlalu Memikirkan Kandungan Gula
15% responden mengaku tidak memperhatikan kandungan gula saat membeli makanan atau minuman. Ini menunjukkan bahwa masih ada bagian dari masyarakat yang belum menyadari atau tidak peduli dengan risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh konsumsi gula berlebihan.
Generasi Muda dan Tren Konsumsi Manis
Menariknya, masyarakat yang berusia lebih dari 36 tahun cenderung memilih produk yang rendah kalori dan rendah gula dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih muda. Hal ini mungkin disebabkan oleh peningkatan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan seiring bertambahnya usia, serta risiko kesehatan yang lebih tinggi seperti diabetes dan penyakit jantung yang sering muncul pada usia tersebut.
Sebaliknya, generasi yang lebih muda tampaknya masih cenderung memilih produk dengan kandungan gula yang lebih tinggi, mungkin karena preferensi rasa atau kurangnya kesadaran tentang dampak jangka panjang dari konsumsi gula yang berlebihan.
Perbedaan perilaku ini menunjukkan pentingnya pendidikan dan kampanye kesehatan yang terus-menerus untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pola makan yang lebih sehat di seluruh kelompok usia.
Dari data tersebut serta hasil observasi penulis, kebiasaan konsumsi makanan dan minuman manis di Indonesia menunjukkan adanya ketergantungan yang signifikan terhadap gula dalam konsumsi sehari-hari.
Meski generasi yang lebih tua mulai menunjukkan preferensi terhadap produk rendah kalori dan rendah gula, generasi muda masih cenderung memilih produk dengan kandungan gula tinggi. Kebiasaan ini bisa mengakibatkan masalah kesehatan serius di masa depan, seperti obesitas dan diabetes, jika tidak ditangani dengan tepat.
Oleh karena itu, sangat penting bagi masyarakat untuk mulai lebih selektif dalam memilih makanan dan minuman yang mereka konsumsi. Edukasi mengenai dampak buruk dari konsumsi gula yang berlebihan harus terus digalakkan melalui berbagai kampanye kesehatan.
Supermarket dan minimarket juga memiliki peran penting dalam upaya ini. Mereka bisa membantu dengan memberikan informasi yang lebih terlihat dan jelas mengenai kandungan gula pada produk yang dijual.
Contohnya, produk makanan atau minuman yang menggunakan label nutri-grade yang mencolok untuk menunjukkan produk yang sehat dan rendah gula, sehingga memudahkan konsumen untuk membuat pilihan yang lebih baik.
Kolaborasi antara masyarakat dan penyedia produk makanan dan minuman sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung gaya hidup sehat. Mengadopsi strategi penyajian informasi seperti yang diterapkan di luar negeri bisa menjadi langkah awal yang efektif.
Penyedia produk makanan dan minuman di Indonesia dapat meniru contoh ini dengan menambahkan label gizi yang mudah dipahami. Kemudian supermarket/minimarket dapat menempatkan tambahan informasi ini di lokasi yang mudah terlihat di rak-rak makanan dan minuman. Hal ini akan membantu konsumen dalam membuat keputusan yang lebih sadar dan sehat.
Imbauan ini bukan hanya untuk kepentingan sekelompok orang saja, tetapi juga untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
Baca juga: Survei Populix: Kecap Manis Kunci Cita Rasa dalam Masakan Nusantara