Memandang New Normal dari Kacamata Pekerja
Populix

Memandang New Normal dari Kacamata Pekerja

4 tahun yang lalu 3 MENIT MEMBACA

Pandemi Covid-19 saat ini masih mewabah di Indonesia. Angka kasus positif Covid-19 pun terus bermunculan setiap harinya. Pandemi ini pula yang ‘memukul’ perekonomian Indonesia. Setelah pembatasan sosial diberlakukan pemerintah selama lebih dari dua bulan, Indonesia akan menyambut new normal.

New normal atau kebiasaan baru ini telah dicanangkan pemerintah agar masyarakat dapat beraktivitas kembali, namun dengan mengikuti protokol kesehatan. Kementrian Kesehatan Indonesia juga telah merampungkan protokol pencegahan lewat Surat Keputusan (SK) Kementerian Kesehatan Nomor HK 02.02/II/753/2020, aktivitas perekonomian diizinkan kembali beroperasi dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan.

Keputusan tersebut tentu memberi rambu hijau bagi pekerja untuk kembali beraktivitas di kantor. Namun, ngantor kali ini akan terasa berbeda dengan masa sebelum adanya pandemi. Pasalnya, kita harus tetap menjaga jarak dan meminimalisir kontak fisik selama bekerja.

New normal ini ditanggapi secara beragam oleh masyarakat Indonesia. Survei Populix menggali lebih dalam soal optimisme kalangan pekerja menyambut new normal. Survei yang menggandeng 584 responden ini mencari tahu bagaimana rasanya ngantor di masa new normal.


Survei Populix juga menunjukan bahwa responden dari kalangan menengah adalah masyarakat yang paling optimis dengan diberlakukannya aturan new normal. Sedangkan, masyarakat kalangan bawah memandang pesimis kebijakan tersebut, hal ini dapat dikarenakan faktor tingkat kesejahteraan yang rendah serta terbatasnya akses layanan kesehatan.

Starter Pack Baru

Badan Kesehatan Dunia atau WHO telah gencar mendorong masyarakat dunia menggunakan masker. Masker ini dinilai WHO ampuh menurunkan potensi penularan Covid-19 hingga 75%. Di kalangan pekerja sendiri, 88% pekerja menyatakan perusahaannya mewajibkan pemakaian masker selama bekerja dan di perjalanan.

Starter pack lain di masa new normal ialah desinfektan dan hand sanitizer. Adanya potensi penularan melalui benda mati menjadi sorotan agar perkantoran secara rutin menyemprot disinfektan dan menyediakan hand sanitizer Berdasar hasil survei Populix, sebanyak 86% perusahaan responden telah kooperatif menyediakan spray disinfectant dan hand sanitizer yang jadi ‘senjata’ baru pekerja mencegah penularan Covid-19 ini.

Populix juga mencatat, sebanyak 97% responden mengaku rutin mengenakan masker serta 87% menggunakan hand sanitizer. Kedua start pack tersebut telah disadari masyarakat sebagai barang bawaan wajib ketika meninggalkan rumah. Meski begitu, masyarakat kalangan bawah menurut survei ini lebih jarang memakai masker dibanding kalangan menengah ke atas. Dengan kata lain, perlu ada edukasi kebiasaan baru yang menyasar kalangan bawah dengan tingkat pendidikan yang relatif rendah.

Menjaga Jarak Kerja Tanpa Mengurangi Produktivitas

Skenario new normal yang diberlakukan pemerintah memang mengutamakan pencegahan kerumunan. Termasuk di tempat kerja, potensi kerumunan masih mungkin terjadi. Oleh karena itu, Kementrian Kesehatan mendorong setiap perusahaan diharuskan melakukan penyesuaian tempat kerja (work place).

Kebijakan tersebut rupanya diterapkan secara ketat oleh perusahaan. Survei Populix menungkap, sudah 81% perusahaan tempat responden bekerja yang secara ketat melakukan physical distancing. Sementara itu, upaya mengurangi kerumunan juga diatasi lewat mekanisme shift jam kerja menurut 58% responden. Temuan lainnya, sebanyak 43% orang mengaku bahwa perusahaannya telah membuat skema pengurangan bekerja di kantor.

Meski begitu, perusahaan dan pekerja masih tergolong rendah dalam menerapkan protokol contact tracing di lingkungan perkantoran. Hal ini terlihat dari hanya 29% responden yang menyatakan telah memberlakukan protokol contact tracing.

Tidak perlu khawatir, sebab kini telah tersedia berbagai aplikasi yang mampu merekam pergerakan manusia. Aplikasi ini mampu melacak pasien kasus Covid-19, penyebaranya, hingga melihat kondisi kesehatan di kawasan tertentu.

Tiga bulan berlalu setelah kasus Covid-19 pertama ada di Indonesia, kekhawatiran tentang pandemi ini mengalami penurunan. Populix mengukur perubahan tingkat kekhawatiran masyarakat pada April Hingga Juni dengan skala 1-10. Semakin tinggi skala menunjukan semakin tinggi pula tingkat kekhawatiran. Hasilnya, ada penurunan tingkat kekhawatiran yang pada bulan April ada pada skala 8,1 menjadi 7,6 di Bulan Juni.

New normal yang ada di depan mata menjadi skenario baru yang diharapkan dapat memulihkan perekonomian. Sebagai pelaku ekonomi, perusahaan dan pekerja praktis didorong untuk meningkatkan produktivitasnya kembali dan disiplin dengan kebiasaan baru.

Artikel Terkait
Pengertian Bisnis: Tujuan, Fungsi, Konsep & Jenis-Jenisnya
Bisnis adalah salah satu bagian dalam kehidupan manusia, di mana terjadi pertukaran barang dan jasa untuk memperoleh keuntungan. Jenis-jenis bisnis pun beragam, mulai dari bisnis jasa, agraris, industri, dan ekstraktif. Namun, bila dilihat dari sektor ekonomi, terdapat jenis bisnis manufaktur, pertanian, dan masih banyak lagi. Hal ini biasanya meliputi kegiatan produksi, distribusi, dan juga konsumsi […]
Memahami Apa itu Ikigai: Konsep Hidup Bahagia Orang Jepang
Pernahkah Anda mendengar apa itu ikigai? Sebagai manusia, kita pasti pernah merasa jenuh dalam menghadapi rutinitas sehari-hari. Nah bagi orang Jepang, ikigai adalah salah satu konsep yang dapat membuat setiap orang kembali memaknai arti hidup sebenarnya. Itulah sebabnya, tak mengherankan jika angka harapan hidup penduduk Jepang cukup tinggi. Meski termasuk filosofi Jepang, tidak ada salahnya […]
Metodologi Penelitian & Bedanya dengan Metode Penelitian
Metodologi penelitian adalah prosedur atau teknik khusus yang digunakan untuk mengidentifikasi, memilih, mengolah, dan menganalisis informasi tentang suatu topik. Menurut penjelasan di laman University of the Witwatersrand, dalam makalah penelitian, bagian metodologi memungkinkan pembaca untuk secara kritis mengevaluasi validitas dan reliabilitas keseluruhan studi. Bagian metodologi pun biasanya menjawab dua pertanyaan utama, yakni bagaimana data dikumpulkan […]