Penggunaan AI di Indonesia: Perkembangan, Tantangan, Peluang
Ricky Sudewo

Penggunaan AI di Indonesia: Perkembangan, Tantangan, Peluang

3 bulan yang lalu 5 MENIT MEMBACA

Di era yang serba digital ini, penggunaan AI di Indonesia sudah menjadi standar di semua produk yang berbasiskan teknologi.

Di Indonesia, berbagai perusahaan teknologi hingga institusi pemerintah semakin gencar mendirikan pusat penelitian untuk mengembangkan AI atau Artificial Intelligence.

Kenapa pemanfaatan AI begitu diburu? Karena pengaplikasiannya tidak hanya untuk masyarakat umum. Mulai dari perusahaan swasta, instansi pemerintahan, hingga militer kini juga menggunakan AI untuk mengerjakan tugas sehari-harinya.

Penjelasan Singkat Apa Itu AI (Artificial Intelligence)

Sederhananya, AI atau kecerdasan buatan adalah mesin yang dibuat dengan kemampuan berpikir layaknya manusia pada umumnya.

Mesin ini diberi berjuta-juta informasi yang kemudian diolah sehingga mesin ini dapat mengerjakan tugas yang umumnya memerlukan kecerdasan manusia.

Bahkan di masa sekarang ini, banyak sistem kecerdasan buatan dibuat dan dirancang untuk mampu belajar secara mandiri.

Baca juga: Rencana Batasan Usia Pengguna Media Sosial, Khalayak Setuju?

Jenis-Jenis Teknologi AI yang Sudah Beredar

penggunaan AI di Indonesia
Source: Freepik

Tidak bisa dipungkiri, penggunaan penggunaan AI di Indonesia mulai meningkat sejak peluncuran ChatGPT oleh OpenAI pada tahun 2023. 

Akan tetapi, tahukah Anda, ternyata ChatGPT bukan satu-satunya teknologi AI yang ada saat ini? Berikut adalah beberapa teknologi kecerdasan buatan yang sudah ada secara umum

1. Artificial Narrow Intelligence (Narrow AI)

    Artificial Narrow Intelligence atau yang biasa di sebut Narrow AI adalah kecerdasan buatan dirancang untuk melakukan tugas tertentu dan tidak memiliki kesadaran atau kecerdasan umum.

    Meskipun memiliki kemampuan terbatas, AI ini sangat unggul dalam bidang tugas yang telah ditentukan. Beberapa contoh yang bisa ditemukan adalah:

    • Siri (Apple), Google Assistant, Alexa (Amazon) → AI asisten suara.
    • ChatGPT, Bard (Google AI) → AI berbasis bahasa (NLP).
    • Tesla Autopilot → AI untuk kendaraan otonom.
    • Netflix Recommendation System → AI untuk rekomendasi film berdasarkan perilaku pengguna.

    2. Artificial General Intelligence (General AI)

      Jika dibandingkan dengan Narrow AI, General AI memiliki kecerdasan mirip manusia dan mampu memahami serta belajar berbagai tugas secara mandiri.

      Dari kecerdasannya itulah yang membuat General AI mampu untuk mengeksekusi berbagai tugas yang kompleks. Selain itu, General AI ini bisa beradaptasi dengan situasi yang berbeda-beda.

      Beberapa contoh yang bisa ditemukan adalah:

      • GPT-4 (sebagai langkah menuju AI umum).
      • DeepMind’s AGI Research → Pengembangan AI yang lebih fleksibel dan serba bisa.

      3. Super AI (Artificial Superintelligence)

        Super AI memiliki tingkat kecerdasan yang jauh melebihi kemampuan manusia. AI ini jauh lebih pintar dari manusia dalam semua aspek, termasuk kreativitas, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan.

        Meskipun masih dalam tahap sebuah teori, Super AI mempunyai potensi yang menarik bagi bisnis-bisnis di bidang penelitian ilmiah, eksplorasi luar angkasa, hingga pengembangan teknologi.

        Beberapa contohnya adalah:

        • AI dalam fiksi ilmiah seperti Skynet (Terminator) atau Jarvis (Iron Man).
        • Konsep Singularity AI → AI yang dapat meningkatkan dirinya sendiri secara eksponensial.

        4. Limited Memory (AI dengan Memori Terbatas)

          Limited memory AI adalah AI yang memiliki kemampuan untuk mempelajari data historis yang sudah tersimpan. AI ini akan menggunakan data historis untuk membuat keputusan yang lebih baik dari waktu ke waktu. Selain itu, AI ini tidak memiliki kesadaran diri seperti teknologi AI lainnya. 

          Contoh Limited memory AI di antaranya adalah:

          • Self-Driving Cars (Tesla, Waymo) → AI yang mengumpulkan data dari sensor dan pengalaman mengemudi sebelumnya.
          • Chatbots (ChatGPT, Bard, Bing AI) → AI yang mengingat percakapan untuk memberikan respons yang lebih relevan.

          5. Theory of Mind

            Theory of mind adalah kecerdasan buatan yang bisa memaksimalkan perasaan. AI ini diharapkan bisa memahami emosi manusia dan merespons secara sosial.

            Beberapa contohnya adalah:

            • Kismet (MIT) → Robot yang dapat mengenali ekspresi wajah manusia.
            • Sophia (Hanson Robotics) → Robot humanoid yang dapat berbicara dan menampilkan ekspresi wajah.

            Baca juga: NeXa, Inovasi Model AI di Indonesia dalam Bidang Research

            Penyerapan Teknologi dan Penggunaan AI di Indonesia

            Ya, jika kita melihat teknologi kecerdasan buatan yang muncul di berbagai belahan dunia ini tentu sangat mengagumkan. 

            Apalagi pada tahun 2021, kita dihebohkan oleh GPT-3 dari OpenAI, di mana ini adalah salah satu AI di bidang Natural Language Processing yang mampu memahami dan menghasilkan teks layaknya manusia.

            Selain itu, di balik semua perkembangan teknologi ini, tentu kita akan menemukan banyak tantangan. Baik secara isu etika, jawaban yang bias, transparansi, dan pertanggung jawaban dari hasil yang diberikan.

            Akan tetapi, sebenarnya perkembangan teknologi ini tentu akan menjadi percuma jika tidak ada yang menggunakannya.

            Populix sudah melakukan riset untuk mencoba mengetahui apakah perkembangan teknologi ini akan banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia secara umum?

            penggunaan AI di Indonesia
            Source: Populix

            Berdasarkan hasil riset Populix, penggunaan AI di Indonesia, seperti ChatGPT, hanya baru diserap sebanyak 38.6% dari total responden yang menjawab.

            penggunaan AI di Indonesia
            Source: Populix

            Dalam kehidupan sehari-hari mereka, hampir 70% dari total responden yang kami tanyai, tidak menggunakan teknologi AI dalam kehidupan mereka sehari-hari.

            penggunaan AI di Indonesia
            Source: Populix

            Teknologi voice assistant adalah teknologi umum yang sudah diterapkan pada ponsel pintar sebagai standar. Namun, ternyata 67% dari total responden kami mengatakan bahwa mereka tidak pernah menggunakan teknologi ini.

            Berdasarkan beberapa survei yang sudah Populix lakukan, perkembangan teknologi yang pesat di luar, belum tentu sesuai di Indonesia. Mungkin karena adanya kendala seperti pemerataan internet dan juga mereka belum tentu membutuhkannya.

            Merangkum seluruh hasil riset tentang penggunaan AI di Indonesia, Populix meluncurkan whitepaper “Indonesia 2023 AI. Living Landscape” yang dapat Anda download secara gratis di sini! Atau jika Anda membutuhkan insight lebih detail lagi, Anda dapat menghubungi tim riset Populix.

            populix research service

            Baca juga: Perencanaan Keuangan Pernikahan Milenial dan Gen-Z Indonesia

            Tags:
            Artikel Terkait
            Mengenal Akurasi dalam Penelitian dan Contohnya
            Dalam menyajikan data, apalagi untuk kepentingan publik, akurasi adalah salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), akurasi yaitu kecermatan ketelitian, dan ketepatan. Akurasi pun dapat diartikan sebagai akurat, yakni teliti, saksama, cermat, tepat benar. Tak hanya menyajikan data, Anda pun harus memastikan jika metode pengumpulan informasi atau data akurat. […]
            Apa itu Decluttering? Begini Manfaatnya tuk Kesehatan Mental
            Apa jadinya jika barang-barang di rumah Anda tidak pernah disortir? Pasti semakin menumpuk! Nah, sepertinya decluttering adalah solusi bagi Anda. Berbeda dengan sistem beres-beres biasa, decluttering artinya menyisihkan barang yang sudah tidak terpakai lagi. Jadi, nantinya rumah Anda akan terlihat lebih rapi, bersih, dan minimalis tentunya. Namun, Anda harus pandai dalam memilah barang, ya. Sebab […]
            Hasil Survei: Produk Halal Dominan Dipilih Masyarakat Indonesia
            Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk Muslim yang besar (sekitar 87% dari total populasi*) membuat produk halal menjadi salah satu aspek yang kerap diperhatikan. Hal itu menjadikan para produsen makanan, minuman, serta jasa harus mempertimbangkan aspek halal dalam setiap produknya. Share of the Muslim population in Southeast Asia in 2023, by country Baca juga: […]