Diluncurkan pada Januari 2025, ternyata program Makan Bergizi Gratis di Indonesia menimbulkan serangkaian kasus keracunan massal yang membuat masyarakat khawatir.
Beberapa contoh kasus keracunan massal yaitu menimpa pelajar di Kota Bogor, Cianjur, dan Wonorejo. Kondisi keracunan akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) tentu saja tak boleh dianggap sepele.
Perlu adanya evaluasi menyeluruh terhadap program MBG, di antaranya rantai pasok, standar kebersihan, hingga pelatihan bagi penyedia makanan.
Langkah evaluasi yang cepat dan efektif dibutuhkan untuk memastikan keselamatan dan keberlanjutan program Makan Bergizi Gratis di Indonesia yang berkualitas.
Timbulnya kasus keracunan ini melahirkan beragam respons dari masyarakat. Bahkan, mengutip Tempo.co, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendesak Badan Gizi Nasional dan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi melakukan evaluasi dan koordinasi harian dalam penyelenggaraan MBG.
Di sisi lain, Populix pun telah melakukan jajak pendapat kepada sejumlah responden pada Mei 2025 terkait pandangan mereka terhadap program MBG yang sudah berlangsung hampir setengah tahun ini.
Seperti apakah hasilnya?
Baca juga: Survei: Kualitas Udara di Indonesia Menurun, Apa Dampaknya?
Program Makan Bergizi di Indonesia Perlu Evaluasi
Pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis memang memiliki tujuan mulia untuk meningkatkan gizi anak-anak Indonesia. Namun, seiring berjalannya waktu, serangkaian kasus keracunan massal justru muncul di berbagai daerah.
Dari hasil survei Populix, sebanyak 83,4% responden menyatakan jika program MBG perlu melakukan evaluasi secara menyeluruh.

Di sisi lain, tak sedikit masyarakat menyuarakan jika anak-anak penerima MBG justru tidak ada perubahan lebih sehat setelah program berjalan.

Keluhan Program MBG
Beberapa keluhan yang dirasakan responden dalam pelaksanaan program MBG di antaranya:
- Distribusi tidak merata (64.0%)
- Menu kurang bervariasi (14.9%)
- Makanan kurang higienis (14.6%)
- Porsi terlalu sedikit (6.4%)

Dari keluhan tersebut, diperlukan serangkaian perbaikan terpadu dalam pelaksanaan program MBG. Seperti, distribusi makanan perlu diperbaiki dengan pemetaan wilayah yang lebih akurat, optimalisasi logistik lokal, dan penggunaan sistem digital untuk pemantauan pengiriman secara real-time.
Kemudian, variasi menu harus ditingkatkan dengan melibatkan ahli gizi, menyesuaikan dengan budaya makanan setempat, serta membuka jalur umpan balik dari penerima manfaat.
Tak luput, untuk menjamin kebersihan makanan, pemerintah perlu menetapkan standar operasional kebersihan yang ketat, melakukan pelatihan bagi penyedia makanan, dan melakukan inspeksi rutin.
Terakhir, penyesuaian porsi perlu dilakukan berdasarkan kelompok usia dan kebutuhan kalori siswa, serta mempertimbangkan tambahan seperti buah atau susu sebagai pelengkap.
Seluruh langkah ini perlu dibarengi dengan peningkatan transparansi anggaran, keterlibatan aktif komunitas dan sekolah, serta evaluasi rutin berbasis data guna menjamin program ini berjalan efektif, aman, dan tepat sasaran.
Baca juga: Tren Bekerja di Luar Negeri, Apa yang Jadi Motivasi Khalayak?
Butuh Perbaikan dalam Pelaksanaan Program MBG
Setelah berjalan hampir setengah tahun, program MBG dianggap tetap dapat diteruskan hingga jangka panjang, tetapi dengan banyak perbaikan.
Namun, tak sedikit pula responden (37.3%) yang ragu jika pelaksanaan program MBG di Indonesia layak diteruskan dalam jangka panjang.

***
Dari serangkaian insiden keracunan massal menunjukkan perlunya evaluasi menyeluruh dan perbaikan dalam pelaksanaan program MBG.
Peningkatan standar kebersihan, pengawasan yang ketat, hingga pelatihan bagi penyedia makanan menjadi kunci untuk memastikan keberhasilan dan keamanan program Makan Begizi Gratis di Indonesia di masa mendatang.
Dari hasil jajak pendapat Populix yang dilakukan secara online, mayoritas responden pun menyatakan setuju jika program MBG memerlukan evaluasi secara menyeluruh. Terlebih jika memang program ini akan diteruskan dalam jangka panjang.
Jika Anda membutuhkan data lebih lengkap terkait pandangan khalayak soal program Makan Bergizi Gratis di Indonesia, Anda dapat menghubungi langsung tim riset Populix untuk memperoleh insight lebih lengkap.

Baca juga: Rencana Batasan Usia Pengguna Media Sosial, Khalayak Setuju?