Program Tapera atau Tabungan Perumahan Rakyat yang diterbitkan pemerintah Joko Widodo menuai pro kontra masyarakat. Sebab, dari aturan simpanan Tapera, karyawan harus merelakan adanya pemotongan gaji setiap bulan.
Pemerintah mewajibkan pekerja berusia minimal 20 tahun menjadi peserta Tapera dan dipotong gajinya 2,5% untuk membayar iuran program Tapera.
Terkait ini, Populix pun telah melakukan penelitian kepada sejumlah responden. Hasil penelitian ini diterbitkan dalam report berjudul “Sentimen Masyarakat terhadap Program TAPERA.”
Baca juga: Preferensi Brand Kecantikan dan Fashion di Indonesia
Pengetahuan Masyarakat tentang Program Tapera
Hampir 90% orang mengetahui soal Tapera. Secara umum, mereka mendapatkan informasi dari media sosial dan media massa. Hal ini berarti bahwa channel-channel tersebut dapat memberikan pemahaman tentang program Tapera.
Meskipun pemahaman tentang Tapera sudah cukup baik di beberapa segmen masyarakat. Namun, sikap skeptis masih terlihat, terutama terkait efektivitas dan trasnparansi program.
Adapun faktor kekhawatiran terhadap program penyelenggaraan Tapera, di antaranya:
- Transparansi pengelolaan dana (71%)
- Keamanan dana (66%)
- Efektivitas program (55%)
- Kesinambungan program (44%)
- Keterjangkauan iuran (39%)
- Kemudahan akses dan proses (37%)
- Lainnya (2%)
- Tidak ada kekhawatiran sama sekali (3%)
Harapan Masyarakat terhadap Porgram Tapera
Dua harapan terbesar masyarakat terkait Tapera yaitu adanya transparansi pengelolaan dana dan kemudahan dalam mengakses tabungan kapan saja.
Harapan tersebut mencerminkan kekhawatiran masyarakat tentang keamanan dan aksesibilitas
dana yang mereka simpan.
Selain itu, milenial dan individu yang lebih tua juga mengharapkan solusi yang lebih adaptif dan responsif terhadap kebutuhan mereka.
Untuk mengetahui laporan lengkap terkait Tapera, Anda dapat mengunduh report berjudul “Sentimen Masyarakat terhadap Program TAPERA” secara gratis!
Baca juga: Job Mismatch: Permasalahan Serius yang Perlu Diperhatikan