Survei Pilpres Populix terkait Pemilih Muda Gen Z & Milenial
Populix

Survei Pilpres Populix terkait Pemilih Muda Gen Z & Milenial

2 bulan yang lalu 7 MENIT MEMBACA

Menurut data rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) 2024, pemilih dari Generasi Z (17-30 tahun) dan Milenial (31-40 tahun) mendominasi pada Pemilu 2024, yakni sebanyak 56,45% dari total keseluruhan pemilih. Dominasi pemilih muda tersebut akan mengubah perspektif masyarakat terhadap harapan dan ekspektasi kepada calon pemimpin Indonesia 5 tahun ke depan.

Untuk mempelajari lebih lanjut harapan dan prioritas pemilih muda pada Pemilihan Presiden Indonesia 2024, Populix meluncurkan studi bertemakan “Expectations of Young Voters in the 2024 Indonesian Presidential Election”.

Studi ini mempelajari lebih mendalam tentang perspektif pemilih muda khususnya terkait isu-isu sosial dan lingkungan, reformasi pendidikan, penciptaan lapangan kerja, dan pembangunan berkelanjutan. 

“Dalam menyongsong pemilihan umum 2024, aspirasi antara Generasi Z dan Milenial jumlah mereka yang besar dan berpengaruh. Oleh karena itu, mengenali betul aspirasi mereka juga menjadi bagian penting.

Kami menemukan, meski sama-sama muda, kedua generasi ini punya banyak perbedaan. Generasi Z, sebagai pemilih pertama, membawa harapan tinggi terhadap pemimpin yang netral dan pro-rakyat, sementara Milenial, yang lebih pragmatis, menilai pemimpin berdasarkan kemampuan ekonomi dan jaminan kesejahteraan.

Sebagai pemegang suara yang kritis, keduanya mengharapkan pemimpin dengan integritas, visi jelas, dan kemampuan memecahkan masalah,” ungkap Vivi Zabkie, Head of Social Research Populix.

pemilih muda
Source: Populix

Perbedaan Aspirasi antara Generasi Z dan Milenial dalam Pemilu

Generasi Z, yang didominasi oleh pemilih pertama, membawa harapan tinggi terhadap calon pemimpin negara. Mereka cenderung enggan untuk terikat dengan organisasi atau komunitas politik tertentu.

Pemimpin ideal menurut pandangan mereka adalah sosok yang netral, pro-rakyat, dan mampu menjadi perintis terobosan baru.

Aspirasi mereka tidak hanya sebatas keuntungan pribadi, tetapi lebih terfokus pada pemimpin yang dapat membawa perubahan positif, terutama yang berdampak langsung kepada anak muda.

Sementara itu, generasi milenial cenderung lebih pragmatis dan skeptis. Mereka melakukan pemeriksaan yang lebih teliti terhadap rekam jejak para kandidat dan menganalisis dampak pemilu sebelumnya terhadap Tanah Air.

Pemimpin ideal menurut pandangan mereka adalah sosok yang mampu memajukan kondisi perekonomian, memberikan jaminan atas kehidupan profesional, dan kesejahteraan keuangan mereka.

Selain itu, terdapat tiga persona pemilih pada pemilu 2024 diantaranya, pemilih independen, yang lebih memilih presiden yang tidak terafiliasi dengan partai politik manapun.

Selain itu, terdapat pemilih yang mengutamakan kesamaan identitas. Mereka cenderung memilih presiden yang memiliki kesamaan identitas dengan mereka, seperti kesamaan etnis, daerah asal, atau agama. Biasanya, mereka juga cenderung memilih kandidat laki-laki.

Terakhir, yaitu pemilih yang berpegang pada integritas kandidat dengan mengevaluasi masing-masing kandidat presiden berdasarkan kapabilitas dan pengalaman mereka sendiri.

Kelompok ini mengharapkan presiden yang jujur, anti korupsi, memiliki visi yang jelas, memiliki kompetensi yang telah terbukti, rendah hati, mampu menjawab tantangan yang dihadapi Indonesia, memiliki rekam jejak yang kuat, bertekad kuat, berprinsip, dan independen dari partai politik.

pemilih muda
Source: Populix

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keputusan Pemilih

Platform media sosial menjadi sumber informasi utama bagi sebagian besar masyarakat. Dalam ranah online ini, terjadi diskusi dinamis dan pertukaran wawasan politik.

Selain itu, keluarga, lingkungan sosial, kegiatan kampanye, dan komunitas juga turut memainkan peran penting dalam membentuk pandangan pemilih terhadap kandidat.

Akan tetapi, skeptisisme tetap muncul di kalangan kedua generasi dikarenakan narasi pemberitaan di media massa, observasi langsung, dan diskusi lokal termasuk dengan keluarga, kolega, dan teman.

Kesenjangan antara realita dan janji kampanye, kampanye yang dianggap tidak sehat, serta kurangnya transparansi informasi menjadi faktor utama yang memicu skeptisisme ini. Dampaknya, muncul partisipasi selektif dalam pemilu dan pertimbangan untuk golput.

Selain perbedaan generasional, faktor-faktor lain yang memengaruhi keputusan pemilih antara lain status sosial-ekonomi, suku dan budaya, tingkat pendidikan, dan usia.

Setiap faktor ini memiliki dampak unik dalam membentuk preferensi politik dan perilaku pemilih. Dalam menyongsong pemilu yang akan datang, pemahaman mendalam terhadap perbedaan aspirasi dan faktor-faktor yang memengaruhi keputusan pemilih menjadi kunci strategis bagi para kandidat dan tim kampanye mereka.

Dengan demikian, dapat diciptakan pendekatan yang lebih tepat sasaran untuk mencapai dukungan yang lebih luas dari masyarakat Indonesia.

Menurut data Populix, kualitas kepemimpinan (82%), visi dan kebijakan yang jelas (76%), kecerdasan (76%), kemampuan memecahkan masalah (72%), dan integritas (69%) menjadi karakteristik utama yang dinilai oleh pemilih.

Kualitas kepemimpinan, kecerdasan, serta visi dan kebijakan yang jelas sangat diutamakan oleh kalangan menengah dalam memilih seorang presiden.

Di sisi lain, masyarakat Chinese-Indo dan non-Muslim mencari presiden yang dapat diandalkan, tanpa memandang agama atau ras.

Isu-Isu yang Menjadi Sorotan Pemilih Muda Generasi Z dan Milenial dalam Pemilu

Ekspektasi masyarakat Indonesia terhadap berbagai isu Tanah Air tercermin melalui data survei yang mengungkap permasalahan terbesar di Indonesia dari sudut pandang responden.

Pemberantasan korupsi mendominasi dengan 33%, diikuti oleh peningkatan kualitas hidup (21%), menciptakan lapangan kerja (19%), dan meningkatkan standar pendidikan (12%).

Dalam pemilu presiden, 24% responden menganggap ekonomi dan pembangunan sebagai isu utama, diikuti oleh korupsi (19%) dan pendidikan (11%).

Terdapat beberapa sarana bagi pemerintah Indonesia dalam meningkatkan kesejahteraan sosial dan pemerataan ekonomi termasuk meningkatkan lapangan kerja berkualitas (81%), akses terhadap pendidikan dan pelatihan (76%), serta aksesibilitas layanan kesehatan (65%).

Kesetaraan sosial, keragaman, dan inklusi budaya juga menjadi sorotan, dengan 24% responden menyarankan penciptaan lingkungan yang lebih inklusif dan adil.

Ketika membahas kesempatan kerja dan peluang ekonomi bagi generasi muda, 83% responden berharap pemerintah dapat menciptakan lebih banyak lapangan kerja.

Sebanyak 72% memandang pentingnya transparansi dan akuntabilitas pemerintah, dengan harapan agar pemerintah dapat bersih dari korupsi. 

Peran inovasi dan teknologi dalam membentuk masa depan Indonesia juga ditekankan. 65% responden melihat inovasi dan teknologi sebagai sarana untuk membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan produktivitas, dan meningkatkan kualitas hidup.

Meskipun demikian, 67% responden mengakui potensi ancaman seperti pelanggaran privasi data dan penyebaran misinformasi.

Sementara itu, isu lingkungan yang dianggap mendesak untuk ditangani oleh presiden termasuk polusi udara (82%), pengolahan limbah (78%), antisipasi banjir (64%), dan kerusakan serta kebakaran hutan (57%). 

Untuk mengunduh laporan lengkap “Expectations of Young Voters in the 2024 Indonesian Presidential Election,” silakan mengunjungi tautan berikut ini.

Metodologi Survei: 

  • Penelitian dilakukan pada bulan 31 Agustus hingga 12 September 2023 melalui pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
  • Pendekatan kualitatif dilakukan melalui 16 mini online FGD kepada milenial dan Gen Z berusia 17 tahun ke atas di kota besar dan kecil di Indonesia.
  • Pendekatan kuantitatif dilakukan melalui survei online melalui aplikasi Populix terhadap total 1.000 responden laki-laki dan perempuan berusia 17-39 tahun di Indonesia dengan durasi pengerjaan survei sekitar 15 menit. 

###

Tentang Populix 

Populix adalah perusahaan penyedia data dan layanan riset yang menghubungkan bisnis, institusi, dan individu dengan responden berkualitas, beragam, dan tepat sasaran di seluruh Indonesia. Mulai dari penelitian pasar, penelitian sosial, survei singkat, hingga lead generation dan brand activation, Populix memanfaatkan kekuatan teknologi untuk menyederhanakan proses pengumpulan data komprehensif dan memberikan lebih dari sekadar data, melainkan insights dan analisis mendalam untuk membantu klien dan mitra membuat keputusan yang lebih terinformasi serta rencana yang dapat dieksekusi.

Memulai debutnya pada tahun 2018, Populix merupakan salah satu dari 7 startup yang berpartisipasi dalam GnB Accelerator dan dinobatkan sebagai salah satu dari lima startup inovatif asal Indonesia. Di tahun 2020, Co-Founder Populix, Eileen Kamtawijoyo, masuk dalam Forbes 30 Under 30 untuk kategori Enterprise Technology. Pada tahun yang sama, Populix juga berhasil masuk trending dan menduduki ranking #3 kategori aplikasi gaya hidup di Google Play Store (Indonesia). Selanjutnya, tahun 2021, Populix masuk dalam Top 50 Rising Startups di Indonesia versi Tech in Asia, serta diakui sebagai salah satu Top 100 Companies To Watch oleh Forbes Asia. Tahun 2022, Populix mendapatkan pendanaan Seri-A senilai US$ 7,7 juta atau setara dengan Rp 114 Miliar Intudo Ventures dan Acrew Capital, dengan partisipasi dari Altos Ventures dan Quest Ventures. 

Dengan misi untuk memberikan wadah bagi opini setiap orang dan mendorong keputusan berbasis data, Populix berkomitmen dalam menghubungkan klien dan mitra dengan lebih dari 500.000 responden berkualitas yang tersebar di 390+ kota dan kabupaten di Indonesia. Hingga saat ini, Populix telah membantu lebih dari 1.000 klien dan mitra dari berbagai industri dan skala, mulai dari perusahaan yang terdaftar di Fortune Global 500, pemerintah, perusahaan lokal, UMKM, hingga akademisi, dan individu.

Untuk informasi lebih lanjut, silakan menghubungi:

Patricia Saputra
PR & Branding Manager
0812 9106 8322
patricia.s@populix.co 
Admin support Populix
0812 2175 5951
support@populix.co
info.populix.co 
download report populix

Baca juga: Mayoritas Warga Jabodetabek Siap Patuh Terapkan Uji Emisi

Artikel Terkait
20 Universitas Terbaik di Indonesia Versi Webometrics 2024
Webometrics merupakan sebuah lembaga pemeringkatan universitas dalam skala internasional. Tahun ini, Webometrics kembali merilis peringkat universitas di dunia, termasuk di dalamnya meliputi universitas terbaik di Indonesia. Di awal tahun 2024 ini, setidaknya ada 11.989 ranking universitas dunia yang terdapat di Webometrics. Setiap tahunnya, pemeringkatan universitas ini diterbitkan dua kali, yaitu di akhir bulan Januari dan […]
Cakupan Penelitian: Pengertian, Cara Menentukan, Contoh
Dalam proses riset, kita sering mendengar tentang istilah cakupan penelitian. Lantas, apa yang dimaksud dari cakupan penelitian? Menurut penjelasan Afribary, Alternative Online Libraries for Higher Education in Africa and Emerging Markets, pada unggahan LinkedIn, cakupan penelitian adalah sejauh mana area penelitian Anda akan dieksplorasi, dan parameter studi akan beroperasi. Cakupan penelitian dikenal juga dengan istilah […]
Press Release adalah Bentuk Publikasi di Media, Ini Contohnya
Apa yang dimaksud dengan press release? Press release adalah dokumen yang dibuat oleh humas atau public relation (PR) perusahaan untuk menginformasikan sesuatu kepada publik yang nantinya dibantu dengan media (press). Jenis publikasi tersebut biasanya disusun sesuai dengan kebutuhan perusahaan, mulai dari klarifikasi perusahaan hingga pemberitahuan peluncuran produk baru. Jadi, seperti apa isi press release tersebut […]