Gen Z: Peduli Mental Health, Tapi Abai Kualitas Tidur
Muhammad Q Abdan Syakuro

Gen Z: Peduli Mental Health, Tapi Abai Kualitas Tidur

3 hari yang lalu 4 MENIT MEMBACA

Bagi Gen Z, topik kesehatan mental sudah bukan hal yang tabu lagi. Obrolan tentang stres, burnout, hingga pengalaman menjalani terapi kini terasa lebih terbuka dan mudah dipahami. Namun, di balik meningkatnya kesadaran tersebut, ada satu hal sederhana yang justru sering luput dari perhatian, yaitu kualitas tidur.

Sebagian orang mungkin tahu bahwa tidur yang cukup itu penting. Namun, hanya sedikit yang benar-benar menyadari betapa vitalnya peran tidur dalam menjaga keseimbangan hidup. Hal tersebut kontras dengan gencarnya narasi self-care di media sosial.

Padahal, tidur bukan sekadar melepas lelah, tetapi fondasi dari kestabilan emosi, ketenangan pikiran, dan bahkan produktivitas harian. Tanpa tidur yang cukup dan berkualitas, upaya menjaga kesehatan mental bisa jadi sekadar wacana tanpa hasil nyata.

Ironisnya, kita masih sering berkompromi dengan pola tidur yang berantakan. Dalam sebuah survei, hampir sepertiga Gen Z merasa mereka bisa lebih sukses karena tidur lebih sedikit, dan 1 dari 3 bahkan bangga karena merasa tidak butuh banyak tidur.

kualitas tidur
kualitas tidur

Hubungan Antara Kualitas Tidur dan Kesehatan Mental

Artikel ini akan membahas kenapa tidur adalah bentuk self-care paling dasar, dan kenapa sudah saatnya Gen Z mulai mengubah cara pandangnya terhadap istirahat.

1. Tidur: Hal Penting yang Sering Dianggap Sepele

Di tengah maraknya kampanye kesehatan mental, kualitas tidur masih jadi aspek yang jarang dibicarakan. Banyak dari kita merasa sudah melakukan self-care dengan journaling, healing, atau meditasi, tetapi tetap tidur lewat dari jam 2 pagi.

Padahal, menurut National Sleep Foundation, usia remaja hingga dewasa muda (usia Gen Z saat ini) idealnya tidur antara 7 hingga 9 jam per malam. Kurang dari itu bisa berdampak serius pada suasana hati, produktivitas, dan bahkan kemampuan mengendalikan emosi.

2. Gangguan Tidur Merupakan Hal yang Serius

Lebih dari sepertiga Gen Z (35%) mengaku mengalami insomnia, jauh lebih tinggi dibanding generasi lainnya seperti Milenial (28%) atau Boomers (18%). Namun, insomnia ini bukan hanya soal main HP sebelum tidur, salah satu pemicunya adalah stres dan kekhawatiran berlebihan.

Faktanya, hampir setengah dari Gen Z (49%) merasa sulit tidur karena pikiran yang penuh beban, dan hal yang paling sering mengganggu mereka adalah stres dalam keluarga, seperti pindahan, perceraian, atau kehilangan orang terdekat.

Yang sering terlupakan adalah, gangguan tidur juga berkaitan dengan penyakit jantung, obesitas, penurunan fungsi otak, dan menurunnya kualitas hidup. Namun sayangnya, gangguan ini masih sering diabaikan oleh penderitanya sendiri.

Sebuah analisis terhadap hampir 100 studi menemukan bahwa lebih dari 50% kasus sleep apnea terjadi di populasi secara global. Ini bukti bahwa tidur bukan hal sepele dan penting untuk mulai dipantau serta ditangani sejak dini.

3. Studi Ilmiah: Tidur dan Mental Health Itu Saling Memengaruhi

The Third Military Medical University (TMMU), melakukan penelitian terhadap mahasiswa berusia rata-rata 21 tahun, yang mana hasil studi menunjukkan bahwa semakin buruk kualitas tidur seseorang, semakin tinggi juga gejala stres, cemas, dan depresi yang dialami, baik saat ini maupun di masa mendatang.

Ditemukan pula hubungan dua arah, yaitu tidur yang buruk bisa memicu masalah mental, dan masalah mental bisa memperburuk kualitas tidur.

Studi lain juga menemukan bahwa kualitas tidur yang rendah berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif, bahkan berpotensi meningkatkan risiko penyakit seperti Alzheimer. Temuan-temuan ini memperkuat bahwa tidur bukan cuma soal energi fisik, tetapi juga berdampak besar pada kesehatan otak dan emosi kita.

Baca juga: Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental, Hindari Burnout

Saatnya Gen Z Peduli Tidur Sebagai Bagian dari Self-Care

Kalau Gen Z bisa terbuka soal kesehatan mental, sudah waktunya juga untuk lebih sadar bahwa tidur adalah fondasi dari semuanya. 

Ada beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan:

  • Membiasakan jam tidur yang konsisten
  • Batasi screen time sebelum tidur
  • Menciptakan suasana kamar yang nyaman dan bebas distraksi
kualitas tidur

Bagi Gen Z yang tech-savvy, bisa juga memanfaatkan teknologi seperti smartwatch atau aplikasi sleep tracker untuk mulai memahami pola tidur sendiri, seperti berapa lama waktu tidur nyenyak, seberapa sering terbangun, atau kualitas tidur tiap malam.

Alat-alat ini bisa jadi awal untuk lebih peduli terhadap kualitas tidur, dan secara tidak langsung, kesehatan mental juga akan ikut membaik.

Karena kalau Anda benar-benar peduli dengan mental health, maka tidur cukup bukan lagi pilihan, tetapi keharusan.

Source:
Zou, P., Wang, X., Sun, L., Liu, K., Hou, G., Yang, W., Liu, C., Yang, H., Zhou, N., Zhang, G., Ling, X., Liu, J., Cao, J., Ao, L., & Chen, Q. (2020). Poorer sleep quality correlated with mental health problems in college students: A longitudinal observational study among 686 males. Journal of psychosomatic research136, 110177.
de Araujo Dantas, A. B., Gonçalves, F. M., Martins, A. A., Alves, G. Â., Stechman-Neto, J., Corrêa, C. C., Santos, R. S., Nascimento, W. V., de Araujo, C. M., & Taveira, K. V. M. (2023). Worldwide prevalence and associated risk factors of obstructive sleep apnea: a meta-analysis and meta-regression. Sleep & breathing = Schlaf & Atmung27(6), 2083–2109.
https://www.letstalkshoppe.com/post/sleep-gen-z

download report populix

Baca juga: Managing Health in Modern Life: Balancing Mental Well-being, Stress, and Career Advancement

Artikel Terkait
5 Risiko Menggunakan Joki Skripsi, Mahasiswa Wajib Tahu!
Keberadaan joki skripsi sudah menjadi rahasia umum di kalangan mahasiswa. Praktik ini bahkan kerap dimanfaatkan para mahasiswa tingkat akhir dalam mengerjakan skripsi mereka. Joki skripsi adalah pihak yang dibayar untuk menulis atau membantu dalam proses pengerjaan skripsi orang lain. Tentu saja praktik ini sangat dilarang, karena berkaitan dengan pelanggaran etika akademik. Akan tetapi, tak sedikit […]
Variabel Dikotomi: Definisi, Jenis, Tujuan, Contoh
Tahukah Anda apa itu variabel dikotomi? Melansir laman Research Connections, pengertian variabel dikotomi adalah variabel yang hanya memiliki dua kategori Contoh sederhana variabel dikotomi yaitu seperti hasil ujian berupa lulus atau gagal. Dalam praktik penelitian ataupun riset, jenis variabel ini kerap ditemukan. Jenis Variabel Dikotomi Mengutip situs Research Method, inilah jenis-jenisnya: 1. Variabel Dikotomi Biner […]
Beyond Clean: Indonesian Consumers’ Perceptions of Skin Health and Antiseptic Soaps
This article is grounded in a qualitative research study conducted by Populix, leveraging the firm’s deep expertise in uncovering consumer motivations, behaviors, and cultural nuances through qualitative methodologies. The study aimed to explore Indonesian consumers’ perceptions of skin health and their attitudes toward antiseptic soap usage—an area best understood through in-depth, context-rich inquiry. To capture […]