Job Mismatch: Permasalahan Serius yang Perlu Diperhatikan
Finna Prima Handayani

Job Mismatch: Permasalahan Serius yang Perlu Diperhatikan

9 bulan yang lalu 4 MENIT MEMBACA

Job mismatch adalah fenomena ketika kualifikasi, keterampilan, atau minat pekerja tidak sesuai dengan pekerjaan yang mereka jalani. Di Indonesia, masalah ini telah menjadi perhatian serius, terutama karena dampaknya terhadap produktivitas, kesejahteraan pekerja, dan pertumbuhan ekonomi.

Kondisi job mismatch mulai menjadi permasalahan serius, khususnya pada lulusan pendidikan tinggi. Hal ini karena beberapa bidang memiliki supply yang rendah, sedangkan jumlah lulusannya atau demand semakin banyak.

Untuk mengurangi permasalahan job mismatch memerlukan reformasi untuk memfasilitasi transisi kaum muda dalam pendidikan dan pekerjaan. Selain itu, diperlukan juga kondisi yang baik dan ideal agar pendidikan yang diselenggarakan saat ini dapat menjawab kebutuhan pasar tenaga kerja.

Berkaitan dengan dengan kondisi ini, Populix mengeluarkan studi bertajuk “Fenomena Job Mismatch di Indonesia” yang diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang job mismatch untuk merancang pendidikan lebih baik agar sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja.

Baca juga: Stereotip Gen Z di Dunia Kerja, Benarkah Suka Pindah Kerja?

Job Mismatch Jadi Penyebab Tingginya Angka Pengangguran

Berdasarkan hasil riset Populix yang ada di dalam report Fenomena Job Mismatch di Indonesia,” Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah menduga terdapat banyak penduduk muda Indonesia berusia 15-24 tahun atau Generasi Z yang menganggur tengah dalam proses mencari pekerjaan.

Ia menjelaskan, para Generasi Z di Indonesia yang menganggur adalah mereka yang baru saja lulus sekolah dan tidak terikat dengan pendidikan apa pun. Secara rinci, ia menyebut bahwa pengangguran berusia 18 tahun adalah lulusan SMA/SMK, sementara yang berusia 24 tahun adalah lulusan S1/D4 dari perguruan tinggi.

Selain belum mendapat pekerjaan, Ida Fauziyah membeberkan bahwa alasan lain tingginya angka pengangguran pada kelompok Gen Z adalah tidak adanya kecocokan (mismatch) antara pendidikan serta pelatihan dan kebutuhan pasar kerja.

Hal ini pun terjadi kepada para lulusan SMA/SMK yang menyumbang jumlah tertinggi dalam angka pengangguran muda di Indonesia.

job mismatch
Source: Populix

Baca juga: Tren Investasi Digital, Begini Hasil Survei Populix!

Kesesuaian Latar Belakang Pendidikan dengan Pekerjaan

Berdasarkan hasil survei Populix, sebanyak 30% responden pencari kerja menyatakan bahwa mereka memiliki latar belakang pendidikan yang tidak sesuai dengan pekerjaan yang akan mereka lamar.

Bagi responden pencari kerja yang tidak memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai, mereka melamar pekerjaan tersebut karena menyukai bidang pekerjaan tersebut (48%) dan memiliki kemampuan di bidang pekerjaan tersebut (44%).

Di satu sisi, beberapa responden berani mengubah jalur kariernya karena melihat tren yang ada di pasar kerja saat ini.

Sebanyak 13% responden pencari kerja mengungkap bahwa mereka melamar pekerjaan yang berbeda dengan latar belakang pendidikan mereka karena bidang pekerjaan tersebut sedang banyak permintaan.

Selain itu, sebanyak 12% responden pencari kerja melakukannya karena bidang pekerjaan yang akan dilamar tersebut terkenal memiliki bayaran yang tinggi.

Di sisi lain, terdapat 27% responden yang tetap melamar karena sedikitnya lowongan kerja yang tersedia sesuai pendidikan mereka.

Bahkan, terdapat 27% responden yang tetap melamar hanya demi mendapatkan pekerjaan saja dan tidak memiliki alasan khusus apa pun.

Selain itu, sebanyak 9% responden pencari kerja juga terpaksa mengubah haluan karier mereka karena bidang yang mereka inginkan tidak ada di daerah domisili mereka.

kepuasan kerja karyawan
Source: Populix

Mengatasi Job Mismatch

1. Revitalisasi Kurikulum Pendidikan

Perbaikan kurikulum pendidikan merupakan langkah awal yang penting dalam mengatasi job mismatch. Kurikulum harus dirancang agar lebih responsif terhadap kebutuhan pasar kerja yang dinamis.

2. Pengembangan Program Pelatihan Berbasis Keterampilan

Selain pendidikan formal, pelatihan berbasis keterampilan (skill-based training) juga penting untuk memastikan pekerja memiliki kompetensi yang sesuai dengan permintaan pasar. Program-program seperti pelatihan kerja, magang, dan sertifikasi keterampilan dapat menjadi solusi efektif.

3. Pemanfaatan Teknologi dalam Pendidikan dan Pelatihan

E-learning dan platform pendidikan online dapat menyediakan akses ke materi pelatihan yang relevan dan terkini. Hal ini memungkinkan pekerja untuk terus meningkatkan keterampilan mereka sesuai dengan perkembangan teknologi dan pasar kerja.

***

Demikian gambaran kondisi job mismatch yang ada di Indonesia. Untuk informasi lebih detail, Anda dapat mengunduh report yang bertajuk “Fenomena Job Mismatch di Indonesia”.

Report ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang job mismatch untuk merancang pendidikan yang lebih baik agar sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. Jika Anda membutuhkan insight yang lebih detail, Anda dapat menghubungi tim riset Populix.

populix research service

Baca juga: Seperti Apa Penggunaan Bank Digital di Indonesia?

Tags:
Artikel Terkait
10 Manfaat Journaling, Benarkah Mampu Redakan Stres?
Journaling adalah salah satu kegiatan bermanfaat yang bisa Anda lakukan dikala waktu luang. Misalnya, saat libur sekolah atau bekerja. Journaling dapat membantu Anda mengeksplorasi pikiran, emosi dan perasaan. Sehingga, sering dikatakan bahwa kegiatan ini mampu meredakan burnout ataupun stres. Lantas, benarkah journaling bermanfaat untuk mengurangi stres? Yuk temukan jawabannya dalam pembahasan berikut ini. Tidak hanya […]
Heteroskedastisitas: Penjelasan, Jenis, hingga Dampak
Sudahkah Anda tahu tentang heteroskedasitas? Melansir laman Research connectiosn, heteroskedastisitas adalah mengacu pada nilai-nilai suatu variabel (dependen) yang tersebar secara tidak merata (varians tidak sama) di seluruh nilai-nilai pada variabel prediktor (independen) kedua. Heteroskedastisitas adalah tidak adanya homoskedastisitas (varians yang sama pada variabel dependen antar nilai/tingkat variabel independen), yang merupakan asumsi utama analisis regresi linier. […]
10 Strategi Mengerjakan Skripsi agar Cepat Selesai
Banyak mahasiswa S1 belum memahami pentingnya strategi mengerjakan skripsi secara efektif sejak awal. Hal ini menyebabkan proses penyusunan skripsi sering kali berjalan lambat dan tidak efisien. Keterlambatan skripsi bisa berlangsung berbulan-bulan, bahkan hingga bertahun-tahun. Dampaknya tidak hanya menunda kelulusan, tetapi juga memengaruhi rencana karier mahasiswa. Selain itu, biaya kuliah tambahan dan tekanan mental juga ikut […]