5 Penyebab Start Up Bangkrut, Harus Diwaspadai!
Populix

5 Penyebab Start Up Bangkrut, Harus Diwaspadai!

2 tahun yang lalu 5 MENIT MEMBACA

Belakangan, pandemi Covid-19 memukul sebagian besar roda perekonomian Indonesia. perusahaan rintisan atau start up jadi salah satu yang paling terdampak. Ada sejumlah start up bangkrut setelah masa pendemi.

Airy misalnya, start up online travel agency (OTA) resmi gulung tikar pada 31 Mei 2020. Melalui laman resminya, Airy sampaikan merosotnya bisnis travel karena Covid-19 jadi alasan pemberhentian operasional secara permanen.

Start up memang jadi primadona bisnis di era ekonomi digital. Kehadirannya kerap hadirkan inovasi yang mampu mengubah dinamika bisnis. Beberapa di antaranya bahkan telah berkembang jadi perusahaan raksasa.

Nama Gojek tentu jadi rujukan utama kesuksesan start up dalam negeri. Start up yang dibangun Nadiem Makarim ini telah sukses menyabet gelar start up Decacorn pertama di Indonesia.

Meski begitu, tidak semua start up bernasib sama seperti Gojek. Banyak di antaranya yang tidak mampu bertahan dalam ketatnya persaingan di era ekonomi digital. Kegagalan start up bertahan punya sederet faktor penyebab.

Faktor Penyebab Start Up Bangkrut

Inilah beberapa kemungkinan yang dapat menyebabkan start up di Indonesia gulung tikar.

1. Tidak Diterima Pasar

start up bangkrut
via Freepik

Start up memang menghadirkan inovasi bisnis yang dipadukan dengan teknologi. Meski ditopang dengan inovasi dan teknologi yang canggih, keputusan pasarlah yang menentukan untung atau tidaknya produk start up. Sebab, tidak semua produk inovasi start up menguntungkan secara bisnis.

Ketidakcocokan kebutuhan pasar dan produk start up pula yang jadi alasan start up Qlapa gulung tikar. Start up lokal ini merupakan marketplace bagi produk kerajinan tangan Indonesia.

Beroperasi sejak 2015, start up ini sempat mencuat lantaran meraih penghargaan sebagai aplikasi unik dari Google Play Award tahun 2018. Qlapa juga digadang-gadang bakal bertransformasi jadi start up raksasa karena masuk jajaran start up paling menjanjikan versi Forbes Asia.

Misi Qlapa memberdayakan pengerajin lokal harus kandas karena bisnisnya tidak prospektif lagi. Selain itu, ketatnya persaingan e-commerce Indonesia membuat Qlapa semakin terpuruk dan resmi menutup layanannya pada Maret 2019.

2. Start Up Bangkrut karena Kehabisan Dana

start up bangkrut
via Freepik

Sebagai perusahaan yang baru saja memulai bisnis, tidak heran banyak start up yang memerlukan ongkos lebih mengembangkan produknya. Start up juga ditopang oleh kehadiran investor yang menyediakan dana segar untuk mengembangkan produknya.

Kehabisan dana ini salah satunya ialah imbas Cash burn rate atau bakar uang yang tidak tepat. Alih-alih mendapat keuntungan, beberapa start up justru “sedot” habis dana investor hingga akhirnya alami kebangkrutan. Ketidakmampuan mengelola dana investor ini yang membuat JawBone, start up produsen alat elektronik bangkrut pada 2017 lalu.

Sebelum dinyatakan bangkrut, JawBone sempat meraih predikat “unicorn” setelah nilai valuasi nya mencapai 3,2 Miliar. Tidak hanya itu, start up bahkan telah mendapat pendanaan dari beberapa venture capital seperti Khosla Venture, Sequoia Capital, dan Kleiner Perkins Caufield & Byers. Namun, akibat terlalu sering “bakar duit” , kebangkrutan JawBone pun tidak dapat dihindari.

Baca juga: Riset Konsumen: Definisi, Cara Melakukan, Manfaat bagi Bisnis

3. Struktur Tim yang Tidak Tepat

via Freepik

Tim dengan beragam keahlian mutlak diperlukan dalam mengembangkan start up. Dengan memiliki tim yang kuat dan tepat, stabilitas start up lebih terjaga.

Meski begitu, Zirtvual, start up virtual assistant lakukan blunder karena ketimpangan struktur tim, Start up ini gagal mengelola keuangan dan bisnis akibat tidak menempatkan Chief Financial Officer (CFO) di tubuh perusahaannya. Pengelolaan keuangan yang buruk itu, diakui oleh Maren Kate Donovan, CEO dari Zirvual membuat adanya ketidakseimbangan aspek bisnis dan teknologi Zirtual.

Akibatnya, Zirtual mengalami pemutusan hubungan kerja massal hingga operasional yang sempat terhenti. Hingga akhirnya, Zirtual diambil alih start up launch platform bernama startups.co 2015 silam.

4. Start Up Bangkrut karena Kalah Bersaing

via Pinterest

Disrupsi kerap terjadi dalam dunia start up. Kehadiran start up di sektor yang sama tidak jarang membuat persaingan antar perusahaan tidak dapat dihindarkan. Di Indonesia sendiri, start up di sektor transportasi jadi salah satu yang paling banyak “memakan korban” .

Di sektor tersebut, Grab dan Gojek jadi start up yang mendisrupsi bisnis transportasi. Sebelum dikuasai Gojek dan Grab, beberapa start up ini sempat eksis di Indonesia.

Mereka antara lain Uber, Ojekkoe, Topjek, Taxi Motor, Ladyjek, BluJek, dan Smartjek. Perusahaan tersebut harus gulung tikar karena Gojek dan Grab kerap “bakar duit” besar-besaran. Selain itu, nama-nama investor dunia membuat Gojek dan Grab lebih stabil secara pendanaan.

5. Penentuan Harga

Selain produk yang dibutuhkan pasar, start up mesti cermat dalam menentukan harga dari produknya. Kesulitan dalam menentukan harga produk ini juga yang dapat membuat start up tumbang, bahkan sebelum produknya bisa berkembang.

Meski dapat selamat dari kebangkrutan, namun start up music streaming Spotify butuh waktu 13 tahun untuk catatkan laba operasional. Sempat kesulitan mendapat pengguna berbayar, pada kuartal IV 2018, spotify mencatat pertumbuhan 9 juta pengguna premium baru. Pada periode yang sama pula Spotify raih laba operasional pertamanya.

Lain halnya dengan Arivale, personal health start up yang harus tutup akibat biaya langganan pengguna yang lebih rendah ketimbang biaya penyediaan langganan. Hingga akhirnya, pada April 2019, Arivale harus menutup layanannya secara permanen.

Lima alasan kegagalan di atas jadi bukti membangun start up bukanlah hal mudah. Miliki teknologi yang canggih dan inovasi yang brilian bukan menjadi jaminan kesuksesan start up.

Stabil dan solid di tubuh perusahaan serta prospektif secara bisnis merupakan keharusan dalam dunia start up. Tidak hanya itu, memahami peta persaingan serta kebutuhan pasar melalui riset tepercaya juga dapat menjembatani perusahaan start up meraih kesuksesan, sehingga dapat mencegah terjadinya start up bangkrut.

riset pasar Populix for Enterprise

Baca juga: Pemicu Utama Start Up Melakukan Pivot Bisnis

Artikel Terkait
Simple! Begini Cara Membuat Daftar Isi Otomatis di MS Word
Ketika kita membaca sebuah dokumen, baik itu dalam metode penelitian, karya ilmiah, ataupun buku, umumnya kita akan menemukan daftar isi di bagian depan. Nah ternyata, ada lho cara membuat daftar isi otomatis yang bisa Anda terapkan. Bagaimana, sudah tahu? Yup, Microsoft Word telah menyediakan fitur pembuat daftar isi otomatis. Layanan ini bisa Anda temukan dalam […]
10 Manfaat Journaling, Benarkah Mampu Redakan Stres?
Journaling adalah salah satu kegiatan bermanfaat yang bisa Anda lakukan dikala waktu luang. Misalnya, saat libur sekolah atau bekerja. Journaling dapat membantu Anda mengeksplorasi pikiran, emosi dan perasaan. Sehingga, sering dikatakan bahwa kegiatan ini mampu meredakan burnout ataupun stres. Lantas, benarkah journaling bermanfaat untuk mengurangi stres? Yuk temukan jawabannya dalam pembahasan berikut ini. Tidak hanya […]
Etika Bisnis: Pengertian, Teori, Prinsip, Contoh Kasus
Menjalankan sebuah perusahaan bagi seorang pelaku bisnis bukan hal yang mudah. Anda harus punya kemampuan pengambilan keputusan yang baik, bahkan di situasi genting sekalipun. Di samping itu, keputusan-keputusan tersebut harus berlandaskan latar belakang etika bisnis yang baik. Etika bisnis adalah aturan tidak tertulis tetapi penting untuk Anda perhatikan dan terapkan demi kebaikan perusahaan. Lantas, apa […]
Populix
12 Des 2023