Usai hari pencoblosan Pemilu pada Rabu, 14 Februari 2024, kini terdengar tentang silent majority. Apakah Anda sudah tahu makna dari silent majority?
Silent majority kini terdengar di setiap pemberitaan. Istilah ini merujuk pada orang-orang yang berkaitan dengan dinamika politik dan Pemilu di Indonesia.
Yuk, kita cari tahu tentang penjelasan selengkapnya.
Apa Itu Silent Majority?
Melansir laman Politicaldictionary, pengertian silent majority adalah yang mengacu pada sekelompok besar pemilih yang merasa terpinggirkan, dibungkam, atau kurang terlayani oleh sistem politik.
Secara umum diasumsikan bahwa jika mereka memberikan suara secara massal, kelompok ini akan memiliki kemampuan yang sangat besar untuk memengaruhi hasil suatu pemilihan umum.
Di sisi lain, Mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pun turut menjelaskan tentang istilah ini.
“Silent majority sudah berbicara. Siapa mereka? 1. Mereka yang menyimak namun jarang komen, mereka yang jarang ribut-ribut di media sosial tiap akun ini posting #politik.
2. Rame di medsos oleh noisy minority bukan ukuran realita yang sama di lapangan. 3. Bulian/ejekan di media sosial tidak pernah kami jawab, cukup kami jawab dengan kerja-kerja terukur di lapangan,” jelas Ridwan Kamil dalam unggahan Instagram.
Baca juga: Mengenal Sirekap KPU, Tujuan hingga Fungsi
Sejarah Silent Majority
Melansir situs European Center for Populism Studies, istilah ini pertama kali digunakan secara politis oleh Warren Harding dalam kampanyenya untuk menjadi presiden pada tahun 1919.
Akan tetapi, isitlah ini baru mendapatkan perhatian publik pada tahun 1960-an ketika digunakan oleh Richard Nixon sebagai cara untuk menggalang semangat para pemilih yang mungkin belum memilih karena ketidakpuasan mereka terhadap pemilu.
Kala itu, Presiden AS Richard Nixon dalam pidatonya di televisi pada 3 November 1960, dia berkata, “Dan malam ini – kepada Anda, silent majority dari rekan-rekan Amerika saya – saya meminta Anda mendukung.”
Dalam penggunaan ini, istilah tersebut mengacu pada orang-orang Amerika yang tidak ikut serta dalam demonstrasi besar-besaran menentang Perang Vietnam pada saat itu, tidak ikut dalam budaya tandingan, dan tidak ikut serta dalam wacana publik.
Nixon, bersama dengan banyak orang lainnya, melihat kelompok Amerika Tengah ini dibayangi oleh media oleh kelompok minoritas yang lebih vokal. Dalam penggunaan Nixon, ‘silent majority’ adalah sekelompok besar orang di suatu negara atau kelompok yang tidak mengungkapkan pendapatnya secara terbuka.
Akan tetapi, elemen kolektif identitas nasional menjadi bagian penting dari definisi individu tentang diri dan cara dia memandang dunia dan tempatnya di dalamnya. Oleh karenanya, untuk menjelaskan dukungan masyarakat terhadap populisme otoriter, perlu memahami hakikat kepentingan pribadi silent majority.
Baca juga: Informasi Quick Count Pilpres 2024, Cek di Sini!
Dampaknya pada Pemilu
Inilah beberpaa dampak yang mungkin saja terjadi, di antaranya:
1. Potensi Perubahan Mendadak
Karena memiliki potensi suara yang besar, jika silent majority tiba-tiba tergerak atau mengubah preferensinya menjelang pemilihan, itu bisa menyebabkan pergeseran besar dalam hasil pemilihan, mungkin menghasilkan kejutan politik.
2. Menyulitkan Prediksi Hasil
Akibat sifat diam-diam mereka, polling dan analisis politik mungkin kesulitan untuk mengukur dan memprediksi perilaku pemilih dari silent majority ini. Hal ini dapat menghasilkan hasil pemilu yang tidak sesuai dengan prediksi awal.
3. Peningkatan Kepastian Politik
Keheningan mayoritas ini dapat memberikan stabilitas politik karena mereka cenderung tidak terpengaruh oleh pergesekan atau propaganda politik yang intens. Hal ini bisa menghasilkan hasil yang lebih pasti dan stabil dalam pemilihan.
Itulah penjelasan terkait silent majority yang di musim Pemilu 2024 ini tengah ramai menjadi perbincangan. Semoga ini dapat memberikan wawasan untuk Anda.
Baca juga: Pilpres Dua Putaran dan Satu Putaran, Apa Bedanya?