Dalam beberapa waktu terakhir, topik terkait syarat pendidikan bagi wakil rakyat di Indonesia menjadi perbincangan hangat di ruang publik.
Masyarakat mempertanyakan apakah seseorang yang ingin maju sebagai wakil rakyat, baik di DPR, DPRD, maupun DPD, sebaiknya memiliki batas minimal pendidikan tertentu?
Isu tersebut muncul karena masih ada calon legislatif yang memiliki latar belakang pendidikan setingkat sekolah menengah, sementara tugas dan tanggung jawab wakil rakyat sangat besar dalam menentukan arah kebijakan bangsa.
Lalu, bagaimana tanggapan khalayak terkait isu ini? Apakah syarat pendidikan bagi wakil rakyat di Indonesia ini memang menjadi perhatian khusus bagi masyarakat?
Untuk mengetahuinya, Populix telah melakukan survei online pada September 2025 ke sejumlah responden. Survei ini menyoroti beberapa hal, di antaranya:
- Pertimbangan saat memilih pejabat publik
- Manfaat utama pendidikan formal bagi pejabat publik
- Tingkat kepercayaan masyarakat kepada pejabat publik berdasarkan syarat pendidikan
- Risiko jika pendidikan tinggi menjadi syarat untuk menjadi pejabat publik
Baca juga: Tren Podcast di Indonesia 2025: Kebiasaan Mendengar Audiens
Pertimbangan Khalayak Memilih Pejabat Publik
Dalam sistem demokrasi, suara rakyat menjadi penentu arah kepemimpinan dan kebijakan negara.
Oleh karena itu, pertimbangan khalayak memilih pejabat publik merupakan hal yang penting untuk dipahami, baik oleh calon pemimpin maupun masyarakat itu sendiri.
Masyarakat tidak hanya melihat popularitas, tetapi juga menimbang beragam faktor lainnya, seperti rekam jejak, integritas, hingga visi misi kandidat yang akan dipilih. Selain itu, faktor seperti pendidikan dan pengalaman bisa menjadi nilai tambah.
Dengan memahami faktor-faktor itu, calon pejabat publik dapat mempersiapkan diri lebih baik, sementara masyarakat bisa lebih bijak dalam menentukan pilihan agar terwujud pemerintahan yang benar-benar berpihak pada rakyat.
Dari hasil survei Populix, 81% responden memilih integritas dan kejujuran menjadi faktor pertimbangan utama mereka saat memilih pejabat publik.

Memang, integritas menjadi aspek paling krusial dalam memilih pejabat publik. Masyarakat cenderung mencari pemimpin yang bersih, transparan, dan tidak terlibat kasus korupsi.
Kejujuran dianggap sebagai modal penting agar kebijakan yang dibuat berpihak pada kepentingan rakyat, bukan kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.
Pentingnya Pendidikan Formal bagi Pejabat Publik
Melalui pendidikan formal, seorang pejabat publik dibekali kemampuan berpikir kritis, analitis, dan sistematis sehingga lebih mampu memahami isu-isu kompleks yang berkaitan dengan kebijakan publik.
Dari hasil survei Populix, mayoritas responden (49,6%) pun setuju jika meningkatkan kapasitas berpikir kritis menjadi manfaat utama dari pendidikan formal bagi pejabat publik.

Syarat Pendidikan Bisa Meningkatkan Kepercayaan terhadap Pejabat Publik
Dapat kita pahami jika pendidikan formal bukan sekadar syarat administratif, melainkan menjadi fondasi penting untuk menciptakan pemimpin yang berkualitas dan berintegritas.
Pada akhirnya, salah satu faktor penting yang dinilai masyarakat ketika memilih pemimpin adalah latar belakang pendidikan.
Dengan begitu, syarat pendidikan bisa meningkatkan kepercayaan terhadap pejabat publik, karena dianggap mencerminkan kapasitas, kompetensi, dan kesiapan seseorang dalam menghadapi isu-isu kompleks.

Memiliki pendidikan formal yang baik memberikan bekal berpikir kritis, pemahaman hukum, serta keterampilan analisis kebijakan, yang semuanya sangat relevan dalam proses pengambilan keputusan.
Selain itu, pejabat publik dengan pendidikan memadai biasanya lebih mudah dipercaya karena masyarakat menilai mereka mampu menghadirkan solusi logis, terukur, dan sesuai kebutuhan rakyat.
Kepercayaan ini penting untuk membangun legitimasi kepemimpinan serta memperkuat hubungan antara pemerintah dan masyarakat.
Dengan demikian, penerapan syarat pendidikan tidak hanya berdampak pada kualitas pejabat publik, tetapi juga pada peningkatan kredibilitas dan citra positif di mata khalayak.
Baca juga: Survei Kebijakan Pajak Indonesia: Sudah Adilkah untuk Semua?
Adakah Risiko Jika Menetapkan Syarat Pendidikan bagi Pejabat Publik?
Walaupun syarat pendidikan bisa meningkatkan kepercayaan terhadap pejabat publik, tetapi menetapkan aturan pendidikan sebagai syarat utama pun memiliki risiko yang perlu diperhatikan.
Dari hasil survei, 68,6% responden menganggap jika ada syarat pendidikan tinggi untuk menjadi pejabat publik berisiko membuat seleksi lebih ketat dan profesional.

Temuan ini menunjukkan adanya kekhawatiran bahwa syarat pendidikan tinggi berpotensi membatasi keterwakilan masyarakat dari latar belakang sederhana.
Dengan demikian, isu syarat pendidikan tidak hanya soal kualitas individu, tetapi juga berkaitan erat dengan prinsip demokrasi dan keterjangkauan akses politik bagi semua kalangan.
***
Isu syarat pendidikan bagi pejabat publik menimbulkan pro dan kontra karena menyangkut kualitas kepemimpinan dan prinsip demokrasi.
Jika aturan pendidikan ditetapkan terlalu ketat, memang bisa membuat seleksi lebih profesional, tetapi juga berisiko membatasi hak politik warga dengan latar belakang sederhana.
Solusi yang lebih bijak adalah melengkapi proses seleksi dengan uji kompetensi, pendidikan politik, serta pembekalan yang adil bagi semua calon. Dengan begitu, kualitas kepemimpinan tetap terjaga tanpa mengurangi esensi demokrasi.
Untuk memastikan kebijakan publik berjalan tepat sasaran, riset dan pemahaman aspirasi masyarakat juga sangat penting. Di sinilah layanan Policy & Society Research Populix, khususnya untuk industri Political Organizations, dapat menjadi solusi strategis.
Melalui riset independen dan data tepercaya, pemerintah maupun lembaga terkait bisa memahami opini publik tentang isu pendidikan pejabat, demokrasi, hingga efektivitas kebijakan, sehingga setiap keputusan yang diambil lebih objektif, akurat, dan sesuai kebutuhan rakyat.
Demikian hasil survei Populix terkait tanggapan khalayak soal syarat pendidikan. Jika Anda membutuhkan insight yang lebih detail serta jasa riset yang profesional, langsung saja hubungi tim Populix untuk mendukung pengambilan keputusan yang lebih baik.

Baca juga: Survei Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia 2025 Data Terbaru