Lahir dan tumbuh di tengah perkembangan teknologi yang pesat menjadikan generasi Z terbiasa dengan berbagai alat canggih di kesehariannya. Keberadaan internet nampaknya sudah menjadi gaya hidup bagi Generasi yang lahir antara tahun 1996 sampai 2010 ini. Berkat kecanggihan teknologi informasi pula, generasi Z telah terbiasa untuk memenuhi kebutuhannya lewat bantuan internet.
Online shopping jadi salah satu aktivitas yang dilakukan generasi Z. Tidak perlu keluar rumah, aktivitas berbelanja pun dapat dengan mudah dilakukan lewat gawai di mana saja. Termasuk untuk urusan pakaian, banyak generasi Z yang lebih memilih belanja online ketimbang harus datang ke outlet atau mall.
Kebiasaan generasi Z berbelanja pakaian secara online pun semakin didukung dengan maraknya e-commerce mau pun marketplace di Indonesia. Tidak hanya itu, Pakaian menjadi produk kedua yang paling banyak dijual menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019. Tidak heran, banyaknya variasi pakaian yang tersedia membuat generasi Z Indonesia semakin betah belanja online.
Setiap orang tentu saja memiliki kebiasaannya tersendiri dalam belanja pakaian secara online. Sebagian mengincar brand tertentu. sebagian lainnya membeli karena tawaran diskon yang menggiurkan.
Populix coba menjawab keingintahuan masyarakat soal kebiasaan belanja generasi Z di Indonesia. Lebih dari dua ribu orang dilibatkan dalam survei untuk mengetahui, sebenarnya apa saja sih yang mempengaruhi generasi Z belanja pakaian secara online?.
Berani Mengeksplorasi Brand
Belanja online pada dasarnya memungkinkan konsumen untuk melihat lebih banyak brand pakaian. Mulai dari produk lokal hingga impor, semuanya tersedia ketika berbelanja online. Tidak heran, generasi Z kita punya berbagai merk pakaian di lemarinya.
Berdasarkan riset Populix, sebesar 62,65% generasi Z menyatakan dirinya tidak terpaku pada satu brand saja ketika berbelanja. Mengesampingkan faktor brand ini sekaligus juga mengkonfirmasi anggapan bahwa generasi Z Indonesia cenderung eksploratif dalam hal berbusana. Dibandingkan laki-laki, perempuan generasi Z lebih berani mengeksplorasi berbagai brand pakaian.
Di sisi lain, generasi Z yang picky terhadap brand pakaian juga tidak kalah banyak. Masih ada lebih dari 23% generasi Z yang mengaku hanya percaya pada brand tertentu saja. Loyalitas ini pula yang membuat generasi Z rutin memantau media promosi brand pilihannya untuk mendapatkan informasi produk terbaru atau memburu sekadar memburu potongan harga.
Item Fashion yang Paling Diincar
Padu padan beberapa item fashion merupakan hal yang lumrah dilakukan. Generasi Z dengan daya kreativitasnya, terbilang cukup handal memilah item fashion menjadi tampilan yang eye catching. Oleh karena itu, kebutuhan beragam item fashion semakin mendorong generasi Z berbelanja, salah satunya melalui e-commerce.
Hadirkan banyak pilihan, ada beberapa item fashion yang paling diincar oleh generasi Z dalam survei Populix. T-Shirt rupanya jadi item fashion yang paling sering dibeli generasi Z di e-commerce. sebanyak 47,72% responden mengaku t-shirt lah yang jadi item incarannya. meski begitu, rupanya Laki-laki diketahui lebih sering membeli t-shirt ketimbang perempuan. Sementara itu, produk outer lebih banyak diincar oleh perempuan daripada laki-laki.
Item incaran di urutan berikutnya ialah kemeja dan celana. Kemeja jadi item yang diincar laki-laki laki mau pun perempuan. pasalnya, angka perolehannya yang relatif kompetitif terhadap pembelian kemeja. Jika ditotalkan, sebanyak 15,91% memilih kemeja sebagai item yang paling sering dibeli. Lalu, celana menempati urutan berikutnya dengan persentase mencapai 13,67%.
Fashion Populer Belum Tentu Digandrungi
Fashion sangat erat dikaitkan dengan tren tertentu. Tren fashion itu bisa datang dari selebritis, internet, maupun media massa. kehadiran tren fashion dapat mendongkrak minat masyarakat pada brand tertentu. Meski begitu, tren fashion ini dapat menjadi jebakan bagi pelaku bisnis fashion. Pasalnya, tidak semua tren yang populer di dunia diminati di Indonesia.
Fenomena tren fashion itu juga tidak terlalu dipersoalkan generasi Z Indonesia. Jika menyoal pakaian, Generasi Z Indonesia cenderung abai pada popularitas brand tertentu. Urusan brand pakaian justru lebih dipercayakan generasi Z pada rekomendasi teman atau kerabat di sekitarnya. Lebih dari 68% responden riset Populix ini menyatakan sangat mempertimbangkan rekomendasi teman untuk memilih brand pakaian.
Keunikan generasi Z Indonesia yang tidak gampang terbawa tren fashion dapat menjadi perhatian bagi pelaku bisnis. Di saat suatu tren muncul, pelaku bisnis tidak perlu terburu-buru hadirkan produk yang mirip dengan tren tersebut. Alih-alih mendapat untung, pelaku bisnis fashion justru boncos karena produknya tidak diminati konsumen. Membaca kebutuhan pasar lebih penting ketimbang “ikut-ikutan” tren.
Mahal? Tidak Masalah
Online Window shopping menjadi aktivitas yang menyenangkan bagi Generasi Z. Selain disuguhi berbagai macam brand, konsumen juga dimanjakan lewat fitur yang dapat memilah produk berdasarkan budget atau harga tertentu.
Fitur tersebut ternyata tidak mempengaruhi Generasi Z dalam memilih produk pakaiannya. Sebab, Generasi Z lebih memprioritaskan kualitas daripada harga yang murah (perfectionist and high quality consciousness). Perhatian yang tinggi pada kualitas juga dibuktikan dengan hasil survei Populix yang menyatakan 58,69% responden setuju lebih mementingkan kualitas daripada harga miring. Lebih dari 18% diantaranya bahkan menyatakan sangat setuju bahwa kualitas lebih penting daripada harga.
Selain itu, Harga murah kerap diidentikan generasi Z Indonesia dengan kualitas yang rendah. Persepsi itu yang menjadikan generasi Z Indonesia rela merogoh kocek lebih dalam asalkan mendapat produk dengan kualitas tinggi. Dengan kata lain, konsistensi kualitas lebih diutamakan generasi Z ketimbang mematok tarif terlalu miring.
Mengutamakan Kenyamanan Berbelanja
Perhatian yang tinggi terhadap kualitas pakaian ini menjadi tantangan bagi pelaku bisnis. Bahkan, 64,32% generasi Z dalam survei Populix juga percaya bahwa kualitas akan berbanding lurus dengan harga. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku bisnis untuk membangun kepercayaan konsumen.
Ketidakmampuan melihat dan merasakan secara langsung fisik dari produk pakaian menjadi keterbatasan belanja online. keterbatasan itu berimbas pada sulitnya membuktikan produknya berkualitas. Pelaku bisnis bisa mengambil celah membuktikan kualitasnya dengan coba meningkatkan kenyamanan berbelanja konsumen.
Salah satu yang menjadi perhatian ialah tersedianya foto dan video produk secara detail. Kecenderungan perfeksionis dan berorientasi pada kualitas membuat generasi Z Indonesia menginginkan informasi yang lengkap produk pakaian yang akan dibeli. Menampilkan produk pakaian secara detail ternyata mampu membangun kepercayaan konsumen saat berbelanja online. tampilan website dan media promosi brand yang nyaman dilihat juga jadi faktor penting pemilihan pakaian di kalangan generasi Z.
Generasi Z atau kelompok usia termuda punya jumlah yang sangat banyak. Menurut sensus penduduk Indonesia pada tahun 2010 saja, mereka yang lahir di rentang tahun 1996-2010 jumlahnya mencapai lebih dari 68 juta jiwa.
Jumlah yang banyak dan hobi belanja online membuat generasi Z jadi sasaran berbagai brand pakaian. meski banyak, generasi Z punya habit tersendiri dalam belanja pakaian secara online. Menyesuaikan karakteristik dengan metode pemasaran di e-commerce jadi faktor penting memaksimalkan cuan bagi pelaku bisnis di sektor fashion.