Riset Populix: Tren Belanja Online Masyarakat Indonesia
Populix

Riset Populix: Tren Belanja Online Masyarakat Indonesia

5 tahun yang lalu 4 MENIT MEMBACA

Belanja online telah menjadi pola hidup baru di masyarakat dalam beberapa tahun ini. Teknologi belanja online telah membantu masyarakat agar tetap bisa memenuhi kebutuhan tanpa harus menyita banyak waktu. Indonesia menjadi salah satu negara yang masyarakatnya sedang keranjingan belanja online.

Tren ini didukung dengan makin menjamurnya platform e-commerce di Indonesia. Setiap platform menghadirkan berbagai layanan dan fitur menarik demi mendongkrak penjualan di situs atau aplikasinya. Tidak heran, perusahaan platform e-commerce sangat gencar melakukan promosi di tahun ini.

Pangsa Pasar Terbesar ada di Generasi Z dan Milenial

Kepopuleran belanja online ini rupanya didorong oleh masyarakat dari dua kalangan, yakni Milenial dan Generasi Z. Temuan ini didapat dari hasil survei Populix yang melibatkan 6285 responden dari berbagai kalangan usia di Indonesia.

Menurut hasil riset Populix, intensitas belanja online berdasarkan kelompok usia tertinggi diisi oleh kalangan usia 18-21 tahun dengan 35% dan 22-28 tahun yang mendapat 33% suara. Kelompok usia 29-38 tahun berada di posisi ke tiga dengan perolehan 18%.

Baca juga: Begini Kebiasaan Generasi Z Indonesia Belanja Pakaian di E-Commerce

Generasi milenial (kelahiran 1981-1996) dan generasi Z (kelahiran 1997 ke atas) merupakan dua generasi yang tumbuh di tengah perkembangan teknologi yang pesat. Julukan digital native kerap disematkan kepada Generasi Z dan milenial.

Kemampuan adaptasi teknologi ini yang membuat teknologi e-commerce dengan mudah diadopsi oleh kedua generasi ini. Secara populasi, kedua generasi ini juga mendominasi piramida penduduk Indonesia. Hal itu juga yang menjadikan dua generasi ini menjadi pasar terbesar e-commerce di Indonesia.

Populix juga berhasil mengungkap alasan masyarakat Indonesia keranjingan belanja online. Nampak perbedaan motivasi belanja online jika dilihat dari jenis kelamin responden. Rupanya, promo dan diskon pada produk menarik lebih diminati pria ketimbang wanita.

Sementara itu, wanita lebih termotivasi untuk belanja online karena faktor promo pada ongkos kirim. Alasan promo ongkos kirim mendapat 30% suara responden, sementara hanya 18% responden pria yang memilih alasan tersebut.

Apa Saja Produk Incaran di E-Commerce?

Perbedaan alasan belanja pria dan wanita tidak dapat dipisahkan dari produk yang dibeli pada platform e-commerce. Pasalnya, produk yang dibeli oleh pria memiliki estimasi harga lebih tinggi ketimbang wanita.

Sebanyak 20% responden pria mengaku sering membeli produk elektronik. Oleh karena itu, diskon pada produk lebih dibutuhkan responden pria karena harga barang elektronik sendiri tergolong tinggi.

Lain halnya dengan responden wanita yang lebih banyak membeli produk pakaian dan kosmetik. Kedua produk ini dipilih hingga 49% responden wanita. Harga produk make up dan pakaian lebih bervariasi sehingga promo ongkos kirim kerap diburu wanita.

Riset Populix juga menyimpulkan sebagian besar responden menghabiskan dana belanja sebanyak Rp 50.000 sampai Rp 500.000 per bulan. Kategori Rp 50.000 sampai Rp 500.000 ini mendapat suara mayoritas dengan persentase mencapai 65%.

Meski jumlahnya kecil, rupanya terdapat responden yang menyediakan budget tinggi untuk belanja online. Sebanyak 6% responden riset ini mengaku menghabiskan lebih dari Rp 500.000 per bulan untuk belanja online.

Pilihan Metode Transaksi Favorit Konsumen Indonesia

Selain memudahkan konsumen mencari produk incaran, belanja online menawarkan berbagai metode pembayaran yang mudah dilakukan oleh konsumen. Metode pembayaran saat belanja online semakin beragam seiring bermunculannya financial technology, e-wallet misalnya.

Masyarakat Indonesia setidaknya punya tiga metode pembayaran yang paling sering digunakan. Berdasarkan survei Populix, metode pembayaran cash on delivery jadi pilihan utama responden dengan 36% suara. Selain prosesnya yang praktis, rasa aman dalam bertransaksi membuat metode pembayaran COD masih banyak diminati. Konsumen dapat memeriksa kesesuaian kualitas produk terlebih dahulu sebelum membayar.

Ditengah keberadaan aplikasi e-wallet yang semakin menjamur, rupanya masyarakat Indonesia masih mengandalkan transfer bank sebagai metode pembayaran saat belanja online. Metode bank transfer mendapat perolehan 28%, sementara e-wallet hanya mendapat 26%.

Meski telah sukses membuat masyarakat Indonesia hobi belanja, e-commerce masih terus berinovasi. Mulai dari hadirkan fitur baru, menggaet lebih banyak mitra usaha, hingga gencar membagikan promo terus dilakukan oleh platform e-commerce. Dengan berbagai keunggulannya, belanja online menjadi gaya hidup baru masyarakat di era digital ini.

Artikel Terkait
Apa itu Cryptocurrency? Mengenal Tentang Arti dan Risikonya
Bagi pengikut perkembangan tren teknologi, istilah cryptocurrency pasti sudah tidak asing lagi. Singkatnya, cryptocurrency adalah sebuah mata uang digital yang dijaga oleh sistem keamanan cryptography. Uang crypto umumnya dapat digunakan untuk membeli berbagai macam barang digital. Harga dam karakteristik cryptocurrency sangatlah beragam, tergantung dengan jenis yang Anda pilih. Lalu, apa itu cryptocurrency di Indonesia dan […]
7 Rekomendasi Software Akuntansi, Bantu Bisnis Makin Maju!
Mengelola keuangan bisnis bukan perkara mudah, apalagi jika dilakukan secara manual tanpa alat bantu yang tepat. Banyak pengusaha pemula harus menangani sendiri pencatatan transaksi, pembuatan laporan keuangan, hingga manajemen pajak. Agar lebih praktis dan efisien, penggunaan software akuntansi menjadi solusi yang tepat. Software ini tidak hanya membantu mencatat keuangan dengan lebih rapi, tetapi juga bisa […]
Pengguna Layanan Paylater di Indonesia Didominasi Milenial
Eksistensi layanan paylater di Indonesia saat ini mengalami pertumbuhan yang kuat, terutama di kalangan generasi muda yang mencari fleksibilitas pengelolaan keuangan mereka. Paylater memang memberikan kemudahan dalam melakukan transaksi. Namun, penting untuk tetap bijak saat menggunakan layanan paylater, serta memahami risiko terkait penggunaannya. Salah satu contoh risiko yang bisa terjadi yaitu mendorong perilaku konsumtif yang […]