Fenomena Live Streaming: Kenapa Kita Mudah Tergoda Belanja?
Dahliana Vio Anita Bintang

Fenomena Live Streaming: Kenapa Kita Mudah Tergoda Belanja?

5 hari yang lalu 3 MENIT MEMBACA

TikTok Live dan Shopee Live bukanlah hal baru. Anda mungkin sering melihatnya di For You Page (FYP) atau homepage e-commerce, bahkan memantaunya langsung untuk berbelanja. Fenomena ini dikenal sebagai “live streaming”, di mana penjual bisa memasarkan produknya secara interaktif kapan saja, bahkan 24 jam. Menurut report custommarketinsight.com, live streaming adalah suatu proses transmisi video atau audio secara langsung atau hampir langsung (real time). 

Live streaming tidak hanya terjadi di Indonesia , tetapi di beberapa negara besar juga, termasuk China yang merupakan “asal muasal” tren live streaming . Tercatat berdasarkan laporan China’s Internet Development di 2023, jumlah “e-commerce streaming users” – sebutan bagi orang yang melakukan kegiatan jual-beli melalui live streaming mencapai 597 juta dan mengalami peningkatan signifikan sebesar 54,7% dari tahun sebelumnya, yaitu 2022.

Sementara di Indonesia, belum ada data spesifik dan akurat yang tersedia mengenai jumlah live streamer secara pasti. Namun, hampir di semua lembaga survei market research mengatakan bahwa Shopee Live merupakan fitur live streaming yang paling populer di Indonesia, kemudian diikuti oleh TikTok Live di posisi kedua, dan Lazada Live di posisi ketiga. 

Baca juga: Behavior Konsumen Berbelanja, Pilih Online atau Offline?

live streaming
Source: Freepik

Masih dari laporan custommarketinsight.com, disebutkan bahwa pangsa pasar (market share) untuk live streaming, khususnya di wilayah Asia Pasifik, mengalami pertumbuhan signifikan. Beberapa faktor yang memengaruhi peningkatan ini antara lain populasi yang besar, meningkatnya penetrasi penggunaan smartphone, membaiknya konektivitas internet, serta tingginya popularitas media sosial yang turut mendorong pertumbuhan layanan live streaming secara tajam.

Sebuah studi menyatakan bahwa daya tarik (attractiveness), profesionalisme, interaktivitas, dan keunikan perilaku seorang streamer secara positif memengaruhi pembelian impulsif melalui persepsi nilai hedonis dan utilitarian konsumen.

Menariknya, pengakuan sosial (social recognition) juga secara signifikan berperan sebagai jembatan yang memperkuat pengaruh persepsi nilai hedonis dan utilitarian terhadap niat pembelian impulsif.

Artinya, seorang live streamer dapat mendorong calon pembeli untuk melakukan pembelian – bahkan secara impulsif – dengan tampil menarik, profesional, interaktif, dan unik. Hal ini membuat konsumen merasa senang (hedonic value) dan menganggap produk yang ditawarkan memiliki manfaat (utilitarian value). Selanjutnya, jika konsumen merasa memiliki kesamaan atau kedekatan sosial dengan streamer (pengakuan sosial), maka dorongan untuk membeli secara impulsif akan menjadi semakin kuat.

Oleh karena itu, penting bagi seorang live streamer untuk membangun citra yang menarik, profesional, dan autentik, serta aktif berinteraksi dengan audiens. Selain itu, mereka juga perlu menciptakan rasa kedekatan atau keterikatan sosial dengan penonton untuk meningkatkan kepercayaan dan keterlibatan emosional.

Tampil unik dan “berbeda” dengan streamer lain juga bisa menjadi nilai tambah. Hal ini tidak hanya memperkuat persepsi konsumen terhadap nilai produk, tetapi juga mendorong terjadinya pembelian secara spontan atau impulsif.

Sumber :
Li Yu, Wenchen Tang, Weiheng Gao, A study on the mechanism of live streamer’s behavior characteristics affecting consumers’ impulsive buying: The role of perceived value and social identity, Acta Psychologica, Volume 255, 2025, 104950, ISSN 0001-6918, https://doi.org/10.1016/j.actpsy.2025.104950.

Global Live Streaming Market 2024–2033

populix research service

Baca juga: Tren Belanja di Bulan Ramadan 2025, Apa yang Jadi Prioritas?

Artikel Terkait
From Insights to Innovation: Integrating MR and UXR for User-Centric Design
In the ever-evolving realm of understanding consumer behavior, two potent methodologies, Market Research (MR) and User Experience Research (UXR), emerge as guiding principles for exploring user behaviors and preferences. While these methods possess distinct characteristics, their real strength lies in their seamless integration – a fusion that not only bridges their disparities but also shapes […]
Unveiling the Core Methods of Qualitative Research: IDIs, FGDs, and Ethnography
In our previous article, we introduced the concept of qualitative research, discussing its definition, unique characteristics, and how it differs from quantitative research. Continuing our series, we delve into the core data collection methods used in qualitative research: In-depth Interviews (IDIs), Focus Group Discussions (FGDs), and Ethnography. While you may encounter various methodological terms in […]
Wawancara Tidak Terstruktur: Definisi, Kelebihan, Kekurangan
Wawancara merupakan sebuah proses yang kerap dilakukan saat melakukan penelitian atau riset. Adapun salah satu jenis wawancara yaitu wawancara tidak terstruktur. Melansir laman Research Connections, pengertian wawancara tidak terstruktur adalah ketika peneliti mengajukan pertanyaan terbuka atau open-ended questions. Tujuannya yaitu untuk memberikan keleluasaan kepada responden untuk berbicara bebas mengenai suatu topik dan memengaruhi arah wawancara. […]