Pendidikan seksual adalah informasi yang sangat penting diketahui oleh anak. Dengan membekali pendidikan seks untuk anak sejak usia dini, membuat anak dapat lebih memahami pentingnya seksual sebagai bagian dari kesehatan tubuh mereka.
Sayangnya, masih ada sejumlah orang yang menganggap pendidikan seks untuk anak adalah hal tabu. Adapun salah satu faktornya yaitu karena miskonsepsi bahwa pendidikan seks hanya mengajarkan tentang hubungan seksual.
Padahal, cakupan pendidikan seksual bisa lebih luas lagi, seperti mengenali tubuh, batasan pribadi, dan pentingnya kesehatan reproduksi. Kurangnya pemahaman tentang cakupan pendidikan seks ini sering menyebabkan penolakan.
Terkait pendidikan seks untuk anak, telah dilakukan survei online melalui jajak pendapat ke sejumlah orang melalui aplikasi Populix pada Oktober 2024. Lantas, seperti apa hasilnya?
Usia Mulai Memberikan Pendidikan Seks untuk Anak
Berdasarkan hasil jajak pendapat kepada 2235 responden, sebanyak 887 responden atau 39,7% menganggap jika usia tepat untuk memulai edukasi seks kepada anak yaitu di usia sekitar 5-8 tahun.
Pendidikan seksual memang sudah bisa diberikan kepada anak sejak dini, alih-alih menunggunya hingga usia sekolah. Namun, yang perlu diperhatikan yaitu orang tua dapat menyampaikan informasi seputar seks sesuai dengan kemampuan anak dalam mencerna sesuatu.
Hal ini tentu selaras dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang meminta kepada seluruh orang tua untuk mengedukasi anak terkait pendidikan seksual sedini mungkin. Salah satu tujuannya yaitu untuk mencegah kekerasan seksual.
Mengutip laman Bloomberg Technoz, anggota Satgas Perlindungan Anak PP IDAI, Prof. Dr. dr. Meita Dhamayanti, Sp.A(K), M.Kes mengatakan jika anak minimal usia 2 tahun boleh diajarkan anggota tubuh yang tiak boleh disentuh orang lain.
Momen ini dapat dimanfaatkan orang tua ketika memandikan si kecil atau saat bercermin untuk mengedukasi anatomi tubuh.
“Dalam hal ini kita bisa menyampaikan kepada anak dan mengingatkan bahwa beberapa bagian tubuh yang tidak boleh disentuh orang lain,” kata Anggota Satgas Perlindungan Anak PP IDAI Prof. Dr. dr. Meita Dhamayanti, Sp.A(K), M.Kes.
Baca juga: Realitas Kesetaraan Gender Perempuan di Dunia Kerja
Topik yang Diajarkan dalam Pendidikan Seks untuk Anak
Ada sejumlah topik yang perlu diajarkan orang tua kepada anak terkait edukasi seksual. Topik pendidikan seksual untuk anak pun seharusnya bisa disesuaikan dengan usia dan tingkat pemahaman mereka.
Jika berdasarkan hasil jajak pendapat di aplikasi Populix, mayoritas responden (40,4%) menganggap jika pencegahan pelecehan seksual menjadi top topik yang perlu diajarkan dalam edukasi seks untuk anak. Kemudian disusul dengan topik anatomi tubuh (36,1%).
Tentu saja hal ini didasari karena memang pelecehan seksual bisa terjadi di mana-mana. Seperti di tempat umum, transportasi publik, di tempat bermain, sekolah, bahkan di rumah pun bisa saja terjadi.
Masih mengutip dari situs Bloomberg Technoz, Dokter Meita menyebutkan ada 5 bagian tubuh yang harus diperkenalkan sebagai bagian yang tidak boleh disentuh atau dilihat orang lain, kecuali orang tua anak, dokter, serta pengasuh yang didampingi orang tua.
“Yaitu leher, mulut, dada, alat kelamin, dan daerah buang air besar, ” ujarnya.
Di sisi lain, penting juga mengajarkan anak memakai handuk tertutup setelah mandi menuju kamarnya. Biasakan anak mengganti baju di ruangan tertutup, atau mungkin membawa baju ke kamar mandi.
“Sebenarnya hal ini sepele, tapi penting untuk pembawaan anak ke kehidupan sehari-hari,” tegas Dokter Meita.
Edukasi Seks Bisa Mencegah Kekerasan Seksual
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya jika kekerasan maupun pelecehan seksual bisa terjadi di mana-mana. Namun, dengan diberikannya edukasi seksual sejak dini, kasus kekerasan seksual dapat dicegah.
Sebanyak 46% responden mengaku sangat setuju jika edukasi seks yang baik dapat membantu mencegah kasus kekerasan seksual terhadap anak.
“Ya, karena dengan adanya edukasi seks, anak-anak jadi lebih bisa tahu batasan-batasan.”
“Sangat setuju, karena bisa meningkatkan awareness terhadap kekerasan seksual.”
“Setuju, sering mendengar kasus anak dilecehkan tapi tidak berani speak up. Ada juga karena dia merasa nyaman tanpa tahu kalau sedang dilecehkan.“
“Dengan pengetahuan seks, anak-anak jadi tahu tentang hal perilaku tindakan yang termasuk kekerasan seksual dan mereka bisa mengantisipasi juga menghindari agar tidak mengalami kejadian tersebut.”
“Setuju, agar anak tahu ada hal di tubuhnya yang orang lain tak boleh sentuh dan anak pun lebih mencintai tubuhnya dengan cara menjaga.”
Demikian beberapa komentar responden menanggapi hal ini.
Baca juga: Dampak Media Sosial terhadap Jiwa Nasionalisme Anak Muda
Hambatan Memberikan Pendidikan Seks untuk Anak
Walaupun edukasi seksual kepada anak ini sudah digencarkan di mana-mana, tetapi sering kali masih ada hambatan untuk melakukannya.
Hal ini pula yang pada akhirnya membuat pendidikan seks untuk anak usia dini masih dianggap tabu oleh sejumlah orang.
Sebagian besar responden (48,1%) menganggap jika norma sosial dan budaya menjadi hambatan yang kerap terjadi.
Hal ini wajar saja, karena banyak masyarakat, terutama di negara-negara dengan budaya konservatif, memandang seksualitas sebagai topik yang harus dijaga kerahasiannya dan hanya dibicarakan dalam konteks tertentu, seperti setelah menikah.
Oleh karena itu, pendidikan seks sering dikaitkan dengan hal-hal yang dianggap tidak pantas untuk anak-anak.
Padahal, pendidikan seks yang sesuai dengan usia dapat membantu anak-anak memahami batasan tubuh, melindungi mereka dari pelecehan, dan membantu mereka tumbuh menjadi individu yang bertanggung jawab dan sehat secara seksual.
***
Demikian hasil survei terkait pentingnya pendidikan seks untuk anak. Dari sini kita tahu jika orang tua zaman sekarang sudah sangat sadar dengan edukasi seksual untuk buah hatinya. Namun, masih ada juga hambatan yang kerap terjadi untuk memberikan edukasi seksual, terutama karena pengaruh norma sosial dan budaya.
Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda termasuk orang tua yang sudah merasa nyaman untuk memberikan pendidikan seks untuk anak, atau justru masih ragu untuk melakukannya? Kalau masih ragu, coba ingat, yuk, bahaya-bahaya yang mungkin saja terjadi jika anak kita tidak terdukasi dengan baik terkait pendidikan sesk.
Baca juga: Transportasi Umum untuk Ibu Hamil, Sudahkah Sesuai Harapan?