Apa Itu Workaholic? Ini Ciri dan Bedanya dengan Pekerja Keras
Populix

Apa Itu Workaholic? Ini Ciri dan Bedanya dengan Pekerja Keras

1 tahun yang lalu 6 MENIT MEMBACA

Banyak sekali istilah baru yang bermunculan saat ini, salah satunya workaholic. Lantas, apa itu workaholic? Workaholic adalah suatu kondisi di mana seseorang kecanduan kerja dan merasa cemas apabila tidak menangani semua pekerjaan saat itu juga. Biasanya, dorongan ini muncul dari diri sendiri guna mengurangi kecemasan, kekhawatiran, atau lari dari masalah.

Tindakan ini tentu bukanlah hal yang baik, karena ketika mengalami workaholic artinya Anda hanya memikirkan pekerjaan dan meninggalkan urusan lain seperti keluarga, hobi, hingga kesehatan. Tak heran jika kebiasaan tersebut seringkali merugikan fisik, psikis, dan hubungan sosial seseorang, bahkan hingga menimbulkan ciri burnout.

Nah, pada artikel kali ini Populix akan membahas mengenai apa itu workaholic, bedanya dengan pekerja keras, dan dampak negatifnya. Yuk simak!

Apa Itu Workaholic?

Workaholic adalah seseorang yang memiliki kebiasaan untuk terus bekerja tanpa mengenal waktu dan kondisi. Bahkan sering kali mereka mengabaikan keluarga, kesehatan, dan kehidupan sosialnya guna menyelesaikan pekerjaan.

Hal ini biasanya ditimbulkan oleh kehendak pribadi, misalnya ingin menghindari masalah tertentu atau melupakan rasa sakit hati melalui pekerjaan.

Jenis Workaholic

Setelah mengetahui apa itu workaholic, penting untuk tahu jenis-jenis “gila kerja” guna memastikan bahwa Anda tidak termasuk salah satunya. Yuk simak uraian berikut!

1. ”All or Nothing” Workaholic

“All or nothing” workaholic artinya orang-orang yang memiliki prinsip untuk tidak mengerjakan sesuatu daripada mengerjakannya namun tak sempurna. Biasanya mereka adalah pekerja dengan kepribadian perfeksionis sehingga terobsesi pada kesempurnaan.

Akibatnya, mereka merasa kesulitan untuk memulai pekerjaan baru karena takut tidak bisa melakukannya dengan sempurna sehingga membuat waktu pengerjaan suatu proyek lebih lama dibanding biasanya.

2. Relentless Workaholic

Relentless workaholic adalah golongan pekerja dengan bobot kerja overload serta selalu bekerja terburu-buru. Namun hal ini tidak diimbangi profesionalitas karena mereka sering melakukan kesalahan dan stres akibat pekerjaan yang tidak ada habisnya.

Biasanya, pemicu relentless workaholic adalah ketidakmampuan mengatur emosional sehingga takut akan mendapat cap buruk dari orang lain jika ia menolak suatu pekerjaan.

Baca juga: Apa itu Multitasking? Cek Tips dan Contohnya bagi Pekerja

3. Savoring Workaholic

Savoring workaholic adalah orang yang terobsesi dengan berbagai hal kecil sehingga mereka cenderung selalu mengambil pekerjaan tambahan ketika hampir menyelesaikan proyek. Hal ini terjadi karena mereka merasa bahwa hanya dia lah yang bisa mengerjakannya dengan baik.

4. Attention Deficit Workaholic

Jenis workaholic yang satu ini adalah orang yang tidak bisa fokus mengerjakan suatu pekerjaan. Akibatnya ia akan bolak-balik antara satu projek ke lainnya. Hal ini menyebabkan ada banyak waktu terbuang dan pekerjaannya pun tidak maksimal.

Tanda-Tanda Workaholic

Tanda-tanda ketika Anda sudah termasuk dalam kategori workaholic adalah sebagai berikut.

1. Dorongan Bekerja Terlalu Besar

Umumnya, workaholic memiliki dorongan yang terlalu besar untuk selalu bekerja. Hal ini membuat mereka selalu mencari-cari pekerjaan baru.

2. Memprioritaskan Pekerjaan di Atas Segalanya

Ciri workaholic adalah mereka selalu memprioritaskan pekerjaan di atas segalanya, bahkan lebih dari kesehatannya sendiri.

3. Terlalu Sedikit Waktu untuk Diri Sendiri

Lantaran terlalu banyak bekerja, workaholic tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri. Jadi, seluruh waktu luangnya diisi dengan pekerjaan sehingga tidak tercipta work-life balance.

4. Kerja Menjadi Pelarian

Seorang workaholic bekerja tanpa henti untuk menghilangkan rasa kesepian, depresi, kesedihan, dan sebagainya. Karena sifatnya hanya pelarian, biasanya usai mengerjakan suatu pekerjaan mereka akan kembali merasakan perasaan tersebut sehingga terdorong untuk terus bekerja.

5. Stres dan Cemas Jika Tidak Bekerja

Lantaran memiliki dorongan bekerja yang begitu kuat, maka ciri seorang workaholic adalah selalu cemas jika mereka tidak melakukan suatu pekerjaan.

6. Tidak Sadar Akan Kondisi Tersebut

Ciri unik seorang workaholic adalah tidak menyadari kondisinya. Alih-alih mengakui terlalu banyak pekerjaan, biasanya mereka menganggap dirinya bekerja keras demi mendapat promosi atau penghasilan tambahan.

7. Mudah Kelelahan dan Sakit

Akibat terus-menerus bekerja tanpa mengenal waktu, umumnya fisik workaholic lebih lemah sehingga mudah kelelahan dan sakit.

Penyebab Workaholic

Terdapat beberapa penyebab workaholic, yakni sebagai berikut.

  • Terlalu perfeksionis sehingga terdorong untuk terus mengecek dan mengulangi suatu pekerjaan.
  • Ingin mendapatkan penghasilan sebanyak mungkin sehingga terus-menerus bekerja.
  • Mencari penghargaan berupa pujian, promosi, dan sebagainya.
  • Suasana di sekitarnya sangat mendukung untuk terus bekerja.

Baca juga: Arti Produktivitas: Cara Menghitung dan Cara Meningkatkannya

Perbedaan Workaholic dengan Pekerja Keras

Meskipun sering dianggap sama, tetapi dua istilah ini berbeda, lo! Nah, perbedaan antara pekerja keras dengan workaholic adalah sebagai berikut.

  • Sistem kerja workaholic bersifat negatif karena dilakukan terus-menerus. Sedangkan pekerja keras memiliki etos kerja yang tinggi namun tetap memperhatikan diri sendiri.
  • Kualitas pekerjaan pekerja keras lebih baik dibanding workaholic karena mereka cenderung teliti dan punya cukup waktu istirahat.
  • Pekerja keras tetap memiliki waktu libur, sedangkan workaholic tidak.
  • Ambisi workaholic terlalu tinggi sehingga menimbulkan rasa stres jika gagal. Berbeda dengan pekerja keras yang menjadikan kegagalan sebagai pembelajaran.
  • Pekerja keras mengetahui waktu istirahat dan kapan bisa bersantai. Hal ini tidak dirasakan workaholic karena mereka menghabiskan semua momen untuk bekerja.

Dampak Negatif Workaholic

Workaholic adalah kebiasaan yang dapat memicu beberapa dampak negatif, di antaranya:

1. Mengganggu Kesehatan Mental

Terlalu banyak menghabiskan waktu untuk bekerja tak hanya mengganggu kekuatan fisik, tetapi juga memicu gangguan tidur, meningkatkan kecemasan, hingga depresi karena tidak cukup beristirahat.

2. Menyebabkan Stres

Terlalu banyak bekerja dapat menyebabkan Anda kelelahan baik secara fisik maupun mental. Akibatnya, keseimbangan hormon dalam tubuh pun terganggu sehingga jadi mudah stres.

3. Kurang Nutrisi

Beberapa workaholic bahkan mengorbankan jam makannya untuk bekerja. Mereka hanya mengonsumsi camilan sembari menyelesaikan pekerjaan. Hal ini menyebabkan tubuh kekurangan nutrisi dan tentu saja merupakan pola hidup tidak sehat.

4. Membuat Hubungan Renggang

Dampak berikutnya dari kebiasaan kerja workaholic adalah membuat hubungan sosial atau keluarga menjadi renggang. Hal ini karena mereka tidak memiliki cukup waktu untuk berkomunikasi sehingga banyak timbul kesalahpahaman.

Cara Mengatasi Workaholic

Kalau Anda merasa bahwa Anda memiliki tanda-tanda workaholic seperti yang dijelaskan di atas, jangan khawatir. Sebab, workaholic adalah kebiasaan yang bisa diatasi dengan cara berikut.

1. Luangkan Waktu untuk Diri Sendiri

Sisihkan waktu istirahat yang cukup untuk mengisi energi, misalnya dengan menjalankan hobi, me time, bermain game, bertemu teman, atau bersantai di rumah.

2. Jangan Membawa Pulang Pekerjaan

Cara untuk menghindari perilaku workaholic adalah sebisa mungkin jangan sampai membawa pulang pekerjaan. Hal ini karena dapat membuat Anda mencampuradukkan urusan pribadi dengan pekerjaan sehingga waktu istirahat jadi terganggu.

3. Konsultasi ke Psikolog

Berkonsultasilah kepada psikolog mengenai kondisi Anda. Ceritakan semua keluhan dengan jujur, lalu ikutilah arahan mereka.

4. Batasi Pekerjaan

Jangan mengerjakan semuanya sendirian. Jika sekiranya Anda kerepotan atau kurang menguasainya, maka delegasikan tugas tersebut kepada orang lain.

5. Percaya Diri

Percaya dirilah dengan hasil pekerjaan Anda. Jangan terlalu memforsir diri untuk terus-menerus memperbaiki agar sempurna.

6. Ubah Prioritas

Ubahlah prioritas Anda dengan lebih memperhatikan kesehatan, keluarga, dan kehidupan sosial. Mulailah melakukan hal-hal yang membuat Anda bahagia sekaligus membangkitkan energi.

Dari penjabaran di atas tentu dapat disimpulkan bahwa workaholic adalah kebiasaan buruk yang berbahaya bagi kondisi mental maupun fisik. Jadi, mulai hari ini buat batasan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi Anda, ya!

Sesekali, luangkanlah waktu untuk melakukan kegiatan lain yang tak kalah bermanfaat untuk mengatasi kebiasaan workaholic. Misalnya saja dengan menjadi bagian dari inovasi masa kini bersama Populix. Yuk, daftarkan diri Anda menjadi responden sekarang juga!

Baca juga: Manajemen Waktu: Pengertian, Manfaat, Tips Agar Efektif

Artikel Terkait
Kualitas Produk: Dimensi dan Pengaruhnya pada Konsumen
Sebagai konsumen, sebelum menggunakan suatu produk pasti akan melihat kualitasnya terlebih dulu bukan? Nah, kualitas produk adalah kondisi tertentu (fisik, sifat atau fungsi) pada sebuah produk yang diharapkan bisa memenuhi ekspektasi pelanggan. Dalam sebuah strategi bisnis, menjaga dan meningkatkan kualitas produk sangat penting untuk mempertahankan konsumen dan memenuhi kebutuhan mereka. Lantas, apa yang dimaksud dengan […]
Pangsa Pasar (Market Share): Definisi, Manfaat, serta Jenisnya
Apa itu pangsa pasar? Pangsa pasar adalah istilah yang umum digunakan dalam dunia bisnis. Pangsa pasar disebut juga dengan market share. Pangsa pasar kerap dijadikan cara untuk membandingkan penjualan suatu perusahaan dengan kompetitor. Biasanya perbandingan tersebut dinyatakan dalam persen. Anda bisa mengukurnya menggunakan sejumlah ukuran seperti nilai penjualan, volume penjualan, pendapatan produksi, dan jumlah pelanggan. […]
Nonresponse Bias: Pengertian, Penyebab, Jenis, Cara Mencegah
Adakalanya bias ditemukan dalam proses penelitian. Salah satu jenis bias yang kerap ditemukan yaitu nonresponse bias. Nonresponse bias adalah jenis bias yang terjadi ketika responden yang dipilih tidak memberikan respons atau tidak mengisi kuesioner penelitian sehingga data yang diperoleh tidak mewakili populasi yang sedang diteliti dengan baik. Jenis bias ini dapat berpengaruh pada validitas dan […]