Isu fatherless di Indonesia sangat ramai diperbincangkan, hal ini karena Indonesia masuk ke dalam peringkat ketiga kategori fatherless country di dunia.
Fatherless country adalah negara kekurangan sosok ayah. Menurut psikolog UGM, Diana Setiyawati, S.Psi., MHSc., Ph.D., Psikolog., fatherless country bermakna suatu negara dengan masyarakatnya minim peran atau keterlibatan sosok ayah dalam kehidupan anak.
“Fatherless ini menjadi fenomena yang sudah diraskan bersama di mana peran ayah bisa dikatakan minim,” jelasnya, mengutip dari situs UGM.
Kondisi ini seharusnya menjadi pengingat bagi kita semua bahwa peran ayah sangatlah dibutuhkan dalam kehidupan anak, baik secara fisik maupun mental.
Baca juga: 6 Manfaat Asuransi Kesehatan & Alasan Memilikinya
Kesadaran Masyarakat Soal Fenomena Fatherless di Indonesia
Walau ramai diperbincangkan, ternyata belum semua masyarakat Indonesia tahu jika negara kita menjadi peringkat ketiga fatherless country di dunia.
Hasil dari jajak pendapat yang dilakukan di aplikasi Populix kepada 2565 responden, 1432 responden mengaku tidak tahu tentang kondisi ini.
Tak hanya itu, bahkan dalam jajak pendapat lainnya, 1046 dari 2205 responden mengaku tidak tahu tentang yang dimaksud kondisi fatherless.
Data ini menandakan bahwa belum semua masyarakat Indonesia teredukasi tentang kondisi fatherless, termasuk jika Indonesia menjadi peringkat ketiga fatherless country di dunia.
Responden Populix Mengalami Kondisi Fatherless
Memang belum semua pihak tahu tentang kondisi fatherless, tetapi sejumlah responden Populix ternyata mengalaminya. Sekitar 31,1% mengaku jika ia berada dalam kondisi fatherless.
Adapun alasan yang dilontarkan responden yang mengalami fatherless yaitu karena sehari-harinya sang ayah terlalu sibuk bekerja sehingga kurang memiliki waktu bersama keluarga.
Selain itu, ada juga karena ia yang harus LDR dengan sang ayah.
Baca juga: Self Healing Adalah Proses Diri Mengobati Luka, Ini Caranya!
Faktor Pemicu Fatherless di Indonesia
Berdasarkan penjelasan dari Diana Setiyawati, S.Psi., MHSc., Ph.D., Psikolog., di situs UGM, salah satu faktor Indonesia menjadi negara fatherless yaitu karena pengaruh budaya.
“Pengasuhan anak membutuhkan keterlibatan orang tua yaitu ayah dan ibu secara berimbang. Namun, yang banyak terjadi ayah tidak terlibat dalam pengasuhan. Ini jadi fenomena yang cukup lazim, salah satunya karena pengaruh budaya,” papar Diana.
Selain budaya, orang tua yang terlalu sibuk pun bisa jadi penyebab lainnya. Hal ini sama seperti yang dialami oleh responden Populix dalam jajak pendapat yang dilakukan beberapa waktu lalu.
“Faktor orang tua yang fly in fly out, terlalu sibuk, misal beberapa hari sekali baru bisa pulang menjadikan secara teknis lebih sulit terlibat dalam pengasuhan. Sementara saat sudah pulang tidak ada komitmen mengganti hari-hari yang hilang,” jelasnya dalam situs UGM.
***
Fakta tentang Indonesia yang menjadi negara peringkat ketiga fatherless di dunia memang cukup menyedihkan, apalagi ternyata masih banyak pihak yang belum sadar atau mengetahui kondisi ini.
Data dari jajak pendapat yang dilakukan kepada para responden Populix pun menyadarkan kita bahwa belum semua masyarakat teredukasi tentang kondisi fatherless.
Data-data seperti inilah yang sebenarnya sering kali dibutuhkan, baik itu untuk kepentingan publik maupun pribadi. Bagi Anda yang membutuhkan data-data akurat berdasarkan hasil jajak pendapat ataupun survei, Anda bisa menggunakan Poplite by Populix.
Poplite by Populix merupakan survei online self-service untuk membantu kebutuhan Anda, baik itu untuk bisnis maupun nonbisnis. Buat survei di Poplite dan dapatkan tanggapan dari responden berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan survei secara cepat.
Sebab, data sangatlah penting untuk mengetahui fakta yang ada di lapangan, sama halnya seperti fakta terkait kondisi atau fenomena fatherless di Indonesia.
Baca juga: Survei Populix dan Teman Bumil: Dampak Pandemi Terhadap Kondisi Mental Keluarga